Biennale Jogja XI yang akan bertempat di Jogja National Museum dan Taman Budaya Yogyakarta, 26 November mendatang, mengambil fokus tema "Religiusitas, Kepercayaan, dan Keberagaman."
"Artinya melalui karya seni rupa, kami akan belajar mengatasi isu-isu agama, keberagaman dan kepercayaan. Saat ini isu tersebut ramai dibicarakan dan hadir dalam kehidupan sehari-hari," papar kurator dari Biennale Jogja XI, Alia Swastika.
Biennale Jogja XI, diakui Alia, adalah bentuk kerisauan seniman-seniman khususnya dari Indonesia tentang banyaknya isu di Indonesia yang seringkali membawa konflik. Contohnya isu agama, yang menjadi isu panas yang hingga saat ini belum dapat dikelola dengan baik.
Kerisauan akan isu-isu inilah yang hendak dituangkan
para seniman dalam empat puluh enam karya baik lukisan, patung, maupun
instalasi. Alia menjelaskan, Biennale Jogja XI ini akan menampilkan
karya 40 seniman yang berasal dari Indonesia dan India. Sebanyak 25
seniman dari Indonesia dan 15 seniman India. "Harapannya isu-isu ini dapat segera terselesaikan lewat karya yang ditampilkan."
Sementara kurator India, Shuman, mencoba menambahkan bahwa event ini menjadi menarik karena India sendiri ingin belajar mengenai masalah keagamaan dan keberagaman di Indonesia.
"India adalah negara sekular yang memiliki problem yang hampir sama dengan dengan Indonesia. Fanatisme masih banyak berkembang di sana, dan banyak agama yang dipengaruhi unsur politik," katanya.
Rangkaian Biennale Jogja XI akan dibuka oleh Gubernur DI Yogyakarta, Sri Sultan HB X bersama Duta Besar India untuk RI, YM Biren Nanda.
Penulis | : | |
Editor | : | Bambang Priyo Jatmiko |
KOMENTAR