7 Desember 1941, William H Eckel (89), menjadi saksi hidup bagaimana tentara Jepang memporak-porandakan Angkatan Laut Amerika Serikat yang bermarkas di Pearl Harbor, Hawaii. Lewat serangan udara, Jepang menenggelamkan empat kapal tempur, menghancurkan 188 pesawat udara dan merusak 155 pesawat lainnya.
Ini belum termasuk kerusakan pada kapal lainnya termasuk kapal selam milik AS. Eckel cukup beruntung bisa hidup, mengingat 2.402 tentara AS tewas dan 1.247 lainnya luka dalam serangan yang terjadi di pagi buta itu.
Serangan yang hanya berlangsung beberapa jam ini langsung mengubah peta percaturan dunia. Karena sehari sesudahnya, AS mengumumkan ikut serta dalam Perang Dunia II. Namun, perjuangan Eckel untuk bertahan hidup di hari naas itu ternyata tidak selamanya dihargai.
Tepat pada perayaan ke-70 serangan Pearl Harbor di tahun 2011, diumumkan jika Asosiasi Korban Pearl Harbor akan segera dibubarkan. Perkumpulan mereka tahun ini akan jadi yang terakhir sebelum akhirnya resmi dibubarkan pada 31 Desember. Alasannnya karena anggota dari asosiasi ini berkurang pesat karena faktor usia dan kematian.
"Kami tak punya pilihan lain. Istri para korban dan anggota keluarga lainnya sudah mencoba agar Asosiasi ini tetap berdiri, tapi gagal. Anggotanya kebanyakan berada di panti jompo atau unit perawatan di tempat lain," kata Eckel, Selasa (6/12).
Salah satu Direktur dalam Asosiasi ini Harry R Kerr juga menyayangkan mulai minimnya anggota yang ada. "Kami tak punya posisi untuk merekrut orang lagi. 7 Desember hanya terjadi satu hari di tahun 1941," kata Kerr.
Selain itu Kerr juga mengeluhkan pengetahuan sejarah kaum muda AS yang mulai melupakan serangan Pearl Harbor. Diceritakannya jika ia sempat mendatangi Sekolah Dasar sekitar dua tahun lalu. Ketika diperkenalkan jika Kerr akan menjelaskan soal Pearl Harbor, seorang anak perempuan bertanya,"Pearl Harbor, siapa gadis itu?."
Asosiasi ini didirikan di tahun 1958 dengan anggota sebanyak 28 ribu orang. Kesemuanya merupakan anggota militer yang selamat di Pulau Oahu saat serangan terjadi di pagi hari 7 Desember 1941. Namun, hingga 1 September 2011, jumlah anggota menyusut cepat hingga hanya 2.700 orang saja. Kebanyakan dari mereka sudah mencapai usia 90 tahun bahkan lebih. (Sumber: New York Times)
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR