Para ilmuwan percaya bahwa sebelum menetas, bayi kura - kura dapat berkomunikasi satu sama lain dan dapat mengatur waktu yang sama untuk kemunculan telur
mereka.
Sebuah studi dari Australia
Murray tentang kura-kura berleher pendek, mereka menemukan embrio dan mencocokkan
penetasan mereka untuk mencegah kura-kura kecil muncul sendirian dan diserang predator seperti rubah.
Pada kura-kura
yang belum menetas, terletak tertutup dalam sarang mungkin bisa
merasakan getaran jantung masing-masing atau mendeteksi gas yang
dipancarkan dari napas.
"Saya cukup yakin mereka tidak duduk
bersama mengobrol satu sama lain, tapi tidak ada yang benar-benar tahu,"
ujar Dr Ricky Spencer, salah satu penulis studi terbaru,seperti
dikutip Telegraph.
Para peneliti dari
University of Western Study mengatakan posisi embrio di bawah sarang,
di mana suhunya lebih rendah memiliki mekanisme 'catch-up' yang
memungkinkan mereka mengatasai masa inkubasi mereka yang lama. Namun,
sifat yang tepat dari mekanisme tetap tidak diketahui.
"Mereka mungkin mengisyaratkannya di detak jantung," kata Spencer pada ABC Radio.
Dia melanjutkan, bayi kura-kura itu menyentuh satu sama lain dalam sarang, Sehingga memungkinkan adanya getaran. Ada sebuah lingkungan sarang dengan
banyak rongga tertutup, di mana pertukaran gas mungkin menjadi isyarat
ketika mereka bernafas.
Para peneliti mempelajari kura-kura
dengan membagi kopling telur menjadi dua dan melakukan inkubasi pada suhu
yang berbeda. Mereka kemudian menyatukan telur setelah seminggu dan
menganalisis tingkat jantung embrio dan tingkat metabolismenya.
Selama sepertiga terakhir dari periode inkubasi, embrio yang lebih
dingin mempercepat detak jantung dan metabolisme serta menetas dalam
beberapa hari dari yang lebih hangat.
"Mereka meningkatkan
perkembangan pada dasarnya secara independen terhadap suhu dan
memungkinkan mereka untuk menetas lebih awal." tandas Spencer.(Krjogja)
Penulis | : | |
Editor | : | Bambang Priyo Jatmiko |
KOMENTAR