Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) kembali mengukuhkan tiga profesor riset baru, Rabu (21/12). Ketiganya, Dr. Ir. Aswatini, MA di bidang demografi, Dr. Ir. Subyakto, M.Sc.di bidang teknik bahan/teknologi perkayuan), dan Dr. Rosichon Ubaidillah, M.Phil. dalam bidang Zoologi.
Secara nasional, ketiganya merupakan profesor riset ke-355, 366, dan 367 di Indonesia. Dan secara lembaga, mereka jadi profesor riset ke 94, 95, dan 96. "Pengukuhan ini merupakan apresiasi institusi terhadap peneliti di bidang masing-masing. Dr. Ir. Aswatini sangat berperan dalam proses perundangan ketenagakerjaan di Indonesia, Dr. Ir. Subyakto bisa berperan vital dalam penerapan serat kayu sebagai subtitusi kayu, dan Dr Rosichon mampu menemukan tiga genus dan tiga spesies baru," ujar Kepala LIPI Lukman Hakim dalam acara pengukuhan di Widya Graha LIPI, Jakarta.
Masing-masing profesor riset baru ini juga memamaparkan orasi ilmiahnya. Paparan orasi paling menarik disampaikan Dr. Rosichon mengenai tawon parasitoid eulophinae yang digunakan untuk mengendalikan hama pertanian. Tawon ini berbentuk ramping dengan ukuran hanya 0,4-6 mm, warna maupun permukaan kulit mulai dari halus sampai berukir seperti kulit jeruk purut.
"Siklus hidup eulophinae dimulai dengan pertemuan jantan dan betina. Setelah jantan dan betina melakukan kopulasi, jantannya segera mati. Sedangkan betina mencari inang yang sesuai dengan calon makanan anaknya," ujar Dr Rosichon diikuti tawa kagum hadirin.
Lain lagi dengan Dr. Ir. Subyakto yang coba membuka mata masyarakat soal penggunaan serat alam sebagai pengganti kayu. Serat pengganti seperti ini bahkan sudah sering digunakan di Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat, sebagai penguat komposit komponen mobil. Pabrikan Eropa yang sudah menggunakan ini antara lain Mercedes S Class yang menggunakan komposit serat di 27 bagian interiornya.
"Serat alam ini bisa berupa limbah dari padi, tebu, kelapa sawit, dan kelapa. Serat alam merupakan sumber selulosa, yaitu polimer alam penyusun serat tanaman, selain hemiselulosa, dan lignin," ujar Subyakto.
Sedangkan Dr. Is Aswatini dalam orasi berjudul 'Migrasi Tenaga Kerja Indonesia Dalam Pasar Kerja Global' menekankan pentingnya pelebaran lapangan kerja dan perlindungan hukum bagi para TKI. Selain itu diminta pula peranan Pemerintah yang lebih besar dalam mengatasi dampak sosial dari perginya TKI wanita, yaitu psikologis dan anak-anak yang ditinggalkan. Pemerintah diminta untuk membangun crisis centre untuk pembinaan dengan petugas terlatih di daerah-daerah yang menjadi kantong TKI.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR