China mengalami masalah serius dalam pelestarian warisan sejarah karena maraknya penjarahan makam. Para penjarah makan tidak segan menggunakan buldoser dan dinamit untuk mengambil barang yang mereka inginkan. Akibatnya, banyak warisan arkeologi sejarah China yang rusak.
Para penjarah makam memilih cara mudah seperti ini karena mendatangkan keuntungan secara cepat. Dilaporkan jika hasil jarahan mereka bisa dengan cepat laku di pasaran internasional hanya dalam hitungan hari. Polisi setempat sudah berusaha melakukan pencegahan, tapi lokasi situs yang kadang di pelosok pedalaman membuat mereka kalah cepat dari para penjarah.
"Sebelumnya, China punya banyak sekali makam kuno yang bernilai. Meski penjarah makam sangat membuat kami tertekan, tampaknya mereka masih akan beroperasi di masa depan," kata arkeplog asal Peking University, Wei Zheng. "Saat ini terlalu banyak situs yang dirusak, saat ada satu yang dijarah, akan sulit menemukan situs yang sama."
Ditambahkan oleh kolega Zheng, Profesor Lei Xingshan, jika biasanya 'hanya' sembilan dari 10 makam yang dijarah. Tapi saat ini sudah mencapai 9,5 makam dari 10 makam yang terjarah. Tim gabungan kedua profesor ini berhasil menemukan 900 makam di daerah Shanxi, dan nyaris semuanya telah dijarah.
Bahkan ada dua makam dari periode Zhou Barat dan Zhou Timur yang butuh waktu dua tahun untuk ditemukan. Tapi saat akhirnya para peneliti menginjakkan kaki di sana, kedua makam sudah kosong dijarah. "Menyedihkan melihat ini terjadi. Ahli arkelogi saat ini hanya jadi pengejar penjarah makam," kata Xingshan.
Masalah ini bertambah besar setelah ekonomi China terbuka karena membuat permintaan barang-barang dari makam makin meningkat."Kalau Anda mau kaya, gali saja makam tua dan menjadi jutawan dalam semalam," ujar Zheng mengutip phrasa yang populer di tahun 1980-an. (Sumber: The Guardian)
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR