Satelit terbesar Planet Saturnus, Titan memang sangat menarik. Dengan rata-rata suhu -300 derajat Fahrenheit (atau sekitar -184 derajat Celcius), Titan merupakan satu-satunya tempat di tata surya--selain Bumi--yang bagian permukaannya memiliki cairan dalam jumlah besar.
Para peneliti di California Institute of Technology (Caltech) Amerika Serikat mencoba mengembangkan simulasi model komputer terbaru Titan yang, lewat cara relatif sederhana tetapi koheren, bisa menjawab banyak hal janggal di Titan. Model ini mampu menjelaskan beberapa fenomena pada Titan yang selama ini dianggap membingungkan, antara lain badai dan danau metana.
Berdasarkan observasi, peneliti dapat memprediksikan proses terjadinya badai dahsyat Titan yang terdeteksi di 2009 lalu. Ciptaan model komputer ini dapat mereproduksi atmosfer lingkungannya.
Menurut profesor ahli di bidang ilmu lingkungan Tapio Schneider, guna menemukan penjelasan mereka membuat simulasi terjadinya badai. Area dekat garis khatulistiwa Titan, adalah wilayah rendah, beriklim kering, dan curah hujan yang tergolong sedang. Adanya badai besar itulah yang membawa hujan ke daerah kering.
Model juga sukses menggambarkan penyebaran danau di muka Titan. Danau-danau itu menampung cairan hidrokarbon, seperti etana dan metana, tapi bukan air. Oded Aharonson, salah satu profesor Caltech di bidang ilmu planet menerangkan, danau metana ini cenderung membentuk gugusan di sekitar daerah kutubnya. Energi dari matahari normalnya menguapkan metana cair dari permukaan, namun karena cahaya matahari yang tertangkap di daerah kutub minim, maka lebih mudah bagi metana terakumulasi dan membentuk danau di sana.
"Ini semua baru permulaan, dan masih banyak observasi dan pengujian yang dapat dilakukan dengan simulasi model," tambah Schneider. Riset dan sejumlah penemuan mengenai Titan ini dipublikasikan dalam jurnal Nature edisi Januari.
(Science Daily)
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR