Roket gagal milik Rusia jatuh kembali ke Bumi tepatnya di Samudra Pasifik, Minggu (15/1) atau Senin dini hari WIB. Pendaratan tersebut menandakan kegagalan dari Phobos-Grunt yang diluncurkan Rusia pada bulan November 2011.
Tadinya, Phobos-Grunt diharapkan bisa membawa sampel dari bulan terbesar di Mars, Phobos, untuk dibawa ke Bumi. Agen luar angkasa Rusia, Rocosmos, tidak memberikan komentar langsung. Walau sebelumnya mereka telah memberikan prediksi yang berbeda-beda mengenai kemungkinan di mana roket tersebut akan mendarat di Bumi.
Kegagalan ini membuat Deputi Perdana Menteri Rusia Dmitry Rogozin melayangkan investigasi. "Saya akan mengadakan penyelidikan alasan kegagalan Phobos-Grunt dalam pengawasan pribadi," ujar Rogozin dalam akun Facebook pribadinya dilansir dari situs berita Rusia, RIANovosti, Senin (16/1).
Obyek terbesar yang masuk kembali sejak Mir
Ekspedisi Phobos-Grunt gagal menuju Mars, terjebak pada orbit Bumi, semakin terbang rendah dan melambat karena terjadi gesekan dengan atmosfir Bumi. Kapal tak berawak seharga Rp1,518 triliun ini adalah salah satu obyek terbesar yang kembali memasuki atmosfir sejak Rusia menarik stasiun luar angkasa era Uni Soviet, Mir, di tahun 2001.
Proses jatuhnya Phobos-Grunt dilaporkan cukup dramatis oleh para peneliti. Mereka melaporkan bahwa roket ini memancarkan cahaya oranye terang ketika melintasi belahan Bumi bagian timur antara London ke utara dan Selandia Baru ke selatan.
Risiko lain dari jatuhnya Phobos-Grunt adalah berisi 11,000 kilogram bahan bakar beracun. Ilmuwan Rusia dan Badan Antariksa AS (NASA) tidak mengindahkan risiko ini dan memprediksi bahwa bahan bakarnya akan terbakar di atmosfir sebelum mencapai permukaan Bumi.
Kegagalan Phobos-Grunt juga menjadi kenangan pahit bagi Rusia. Mengingat negara bekas Uni Soviet ini adalah penegak tonggak sejarah penerbangan ruang angkasa pertama melalui kosmonot Yuri Gagarin di tahun 1961.
Phobos-Grunt juga dianggap sebagai proyek ambisius yang awalnya bertujuan untuk menghidupkan kembali program antarplanet dan menyediakan jalan untuk misi dengan kapal berawak menuju Mars.
Kegagalan ini hanya kurang dari tiga bulan setelah kapal suplai untuk Stasiun Luar Angkasa, Progress, jatuh di Siberia. Sebelumnya Rusia juga kehilangan tiga satelit navigasi, satelit militer, dan sebuah satelit telekomunikasi dalam satu tahun terakhir. (Oleh: Patrisiya Sharen. Sumber: AFP, RIANovosti)
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR