Krisis yang melanda telah membawa dampak yang sangat signifikan bagi para pemilik kuda di kawasan Inggris Raya. Ribuan kuda telah ditinggalkan atau bahkan diikat dan dibiarkan mati kelaparan oleh pemilik yang tidak lagi mampu membiayai ongkos pemeliharaan kuda.
Menurut Royal Society for the Prevention of Cruelty to Animals (RSPCA), lembaga nirlaba terbesar Inggris yang khusus mengatasi hewan yang ditinggalkan pemiliknya menyatakan, situasinya kini sudah sangat buruk. Kasus ditinggalkannya kuda oleh pemilik terus naik dari 160 ekor kuda di tahun 2009 menjadi 450 ekor kuda di tahun 2011 lalu.
Sejauh ini, di tahun 2012, angka rata-ratanya telah mencapai 10 ekor kuda per hari. Lembaga tersebut, yang mampu menampung 1.200 ekor hewan, kini penuh.
Ironisnya, ratusan ekor kuda lain di negeri itu tidak beruntung. Mereka dibiarkan mencari makan sendiri dan menjadi santapan anjing liar atau menjadi korban lalu-lintas di jalan-jalan sekitar Inggris.
Jumlah pastinya memang sulit diidentifikasi, namun RSPCA memperkirakan setidaknya 3.500 ekor kuda telah dibiarkan dirantai atau diikat tanpa perlindungan pemiliknya. Tahun 2011 lalu, lembaga itu menerima lebih dari 7.000 panggilan telepon yang melaporkan kasus pembiaran kuda dan poni oleh pemiliknya. Angka ini naik 21 persen dibanding tahun sebelumnya.
Sebelumnya, Inggris dianggap sebagai negara pecinta hewan. Tetapi semakin buruknya resesi membuat pemilik hewan semakin putus asa. Blue Cross, lembaga amal hewan memperkirakan, biaya rata-rata memelihara kuda telah berlipat ganda dalam 5 tahun terakhir. Dari 3.600 pound (Rp50 juta) menjadi 6.000 pound (Rp83 juta) per tahun.
“Terakhir, kami telah menyelamatkan 19 ekor kuda yang dibuang di kawasan Bodmin Moor dan Wakefield. Kami tak bisa lagi menampungnya. Tetapi sejumlah orang telah merubuhkan pagar kami dan memasukkan kudanya ke dalam dengan harapan kami tidak mengetahuinya,” kata Nicola Markwell, Communications Manager RSPCA.
Sayangnya, banyak kuda yang tidak beruntung. Kini semakin banyak anak kuda yang baru lahir, khususnya kuda betina yang sulit untuk dijual, dibunuh. Banyak yang lainnya dijual untuk dipotong. Namun itupun tidak cukup menguntungkan si pemilik kuda.
Andrew Elliott, petugas lelang dari Brightwells, Herefordshire, salah satu penjual kuda terbesar di Eropa menyebutkan, kuda terbaik, harganya memang tetap tinggi. Namun kuda kualitas menengah dan rendah, harganya hancur.
“Permintaan atas kuda sangat besar dan di sekitar tahun 2008, terjadi booming bisnis kuda,” kata Elliott. “Saya tidak suka penggunaan kata ‘pembersihan’ namun industri kuda merupakan bisnis yang sangat besar dan kini tengah over produksi dan harus disesuaikan,” ucapnya. (Sumber: Independent)
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR