Menyelusuri kompleks Keraton Yogyakarta, Anda akan bertemu dengan pria berpakaian lurik dan blankon sebagai penutup kepalanya. Ya, itulah para abdi dalem yang dengan bulat hatinya mengabdikan diri pada Keraton Yogyakarta.
"Sampai akhir hayat, saya ingin mengabdikan diri dengan keraton. Meski saya hanya mendapat gaji dari Rp7.000 hingga Rp15.000/per bulan, namun saya tetap bangga jadi abdi dalem," ujar Ngabdul Harjono (80), abdi dalem bagian keagamaan, di Keraton, Jumat (10/2).
Gaji bukan hal utama bagi seorang abdi dalem. Bagi Ngabdul, menjadi abdi dalem adalah panggilan jiwa. Katanya, dengan menjadi abdi dalem ,akan mendapatkan berkah dari Keraton, baik berkah dalam kehidupan, rejeki, anak, dan lainnya. Tak hanya itu, kedekatan dengan Sultan dan kerabatnya juga menjadi keuntungan ketika menjadi abdi dalem.
Tanpa libur, Ngabdul harus ngantor di Keraton Yogyakarta. Meski kesehariannya hanya bertugas untuk mengaji, ia tak pernah mengeluh.Kepuasaan batin justru yang dirasakannya.
KRT. H. Jatingrat yang akrab disapa Romo Tirun, Humas Keraton Yogyakarta, mengatakan para abdi dalem mendapatkan gelar dari Keraton dan mendapatkan pendidikan. Hal ini untuk menandakan bahwa mereka adalah benar-benar abdi dalem Keraton Yogyakarta yang memahami segala adat dan peraturan Keraton.
Abdi Dalem yang masih memiliki hubungan darah dengan Kraton, akan mendapatkan gelar Raden. Sedangkan abdi dalem yang tidak memiliki hubungan darah dengan Kraton akan mendapatkan gelar dengan sebutan Mas Bekel, Mas Rono, dan Mas Lurah.
Tidak hanya mendapatkan nama, para abdi dalem juga mendapat Pawiyatan (pelajaran) tentang budi pekerti, budaya keraton, dan agama Islam. Tujuannya agar abdi dalem mengerti sikap perilaku (unggah ungguh, sopan santun), budaya Jawa, dan pendalaman agama Islam. "Bekal itu sangat ditekankan dalam adat-istiadat Keraton Yogyakarta," kata Romo Tirun.
Abdi dalem pun akan mendapatkan imbalan materi. Bila mereka sakit atau meninggal dunia, Keraton akan memberikan sumbangan kepada keluarga.
Selain mengabdikan diri pada Keraton seperti dalam upacara-upacara adat, mereka juga mempunyai pekerjaan lain. Ada yang menjadi pedagang, pegawai negeri , bahkan ada yang menjadi dosen di Perguruan Tinggi. "Kalau mau menjadi abdi dalem, boleh mendaftarkan diri," tandasnya.
Satu lagi keunikan abdi dalem, lanjut Romo Tirun, yaitu masalah pakaian yang dikenakan. Abdi dalem identik dengan pakaian luriknya dengan garis corak lurik tiga per empat biru, kancing di leher yang berjumlah enam, dan kancing lengan tangan yang berjumlah lima.
“Corak lurik tiga per empat biru itu menandakan keteguhan hati. Orang yang sungguh-sungguh. Kancing di leher berjumlah enam itu menadakan rukun iman. Sedangkan kancing lengan tangan yang berjumlah lima itu mendandakan rukun Islam yang berjumlah lima,” ucap Romo Tirun.
Penulis | : | |
Editor | : | Bambang Priyo Jatmiko |
KOMENTAR