Mobil berbahan bakar biodiesel dari buah nyamplung (Calophyllum inophyllum) berhasil dikembangkan
oleh masyarakat Desa Patutrejo, Kecamatan Grabag, Kabupaten
Purworejo, Jawa Tengah. Mobil ini dinilai mampu menyikapi kelangkaan
energi di masa datang.
Menurut Wahyudi Anggoro Hadi sebagai Fasilitator Revitalisasi Program Desa Mandiri
Energi (DME), bahan bakar biodiesel dari buah nyamplung merupakan bahan
bakar nabati, yang selama ini belum banyak diketahui masyarakat. Mobil
ini ramah lingkungan karena emisi yang dikeluarkan rendah. Tak hanya bermanfaat
bagi lingkungan, namun juga memiliki dampak positif bagi aspek ekonomi
dan sosial.
Ppengembangan mobil ini sudah dimulai sejak akhir 2009
lalu. Sayangnya, kondisi pabrik produksinya mengalami beberapa kendala. "Komponen pabrik bantuan pemerintah sudah tidak memenuhi
standar,sementara itu biaya produksinya tinggi. Hal ini menyebabkan
hasil dan kualitasnya rendah," papar Wahydui dalam siaran pers tertulis, Senin
(5/3).
Pihaknya mengaku telah melakukan perbaikan pada sarana prasarananya, tapi tetap saja hasil belum efisien. Akibatnya, hanya bisa memproduksi
biodiesel dengan kapasitas 2.600 liter per bulan. Bila diadakan
perbaikan, maka produksinya bisa mencapai 6.000 liter per bulan, dengan
kebutuhan bahan baku 24 ton buah nyamplung. "Ketersediaan buah nyamplung sendiri di Purworejo masih sangat baik," tambahnya.
Sementara itu, untuk mempromosikan kepada masyarakat, pihaknya
mengadakan promosi melalui tur Jawa Tengah-Yogyakarta dengan
menggunakan mobil berbahan bakar biodiesel nyemplung mulai tanggal 5 hingga 8 Maret 2012.
"Promosi ini bertujuan untuk mendorong dan memberikan inspirasi pada
pemerintah. Selain itu, mendorong percepatan pembangunan infrastruktur
produksi Bahan Bakar Nabati," tutur Wahyudi.
Penulis | : | |
Editor | : | Bambang Priyo Jatmiko |
KOMENTAR