Budaya bersepeda di Yogyakarta kian meluntur. Pasalnya, aspek keamanan dan kenyamanan belum diperhatikan semua pihak.
"Orang mau bersepeda bila dua faktor utama, yakni aman dan nyaman itu
bisa terpenuhi," papar Direktur Eksekutif Walhi Yogyakarta,
Suparlan, Kamis (7/3) saat berkomentar tentang program Sepeda Kanggo
Sekolah dan Nyambut Gawe (Sego Segawe) di Kota Yogyakarta.
Menurut Suparlan, dua faktor tersebut belum bisa terpenuhi sehingga
melanggar hak masyarakat yang bersepeda. Digunakannya jalur sepeda untuk
berjualan, atau jalur bagi transportasi lain, tentu saja akan mengganggu
kenyamanan. Lebih lagi, dengan pertambahan volume kendaraan di
Yogyakarta, akan meningkatkan emisi karbon yang
bisa berpengaruh pada kesehatan manusia.
Faktor lainnya, kata Suparlan adalah implementasi bersepeda di kalangan
pejabat pemerintah yang belum berjalan efektif. "Kalau semua pejabat
membudidayakan bersepeda, masyarakat pun akan mengikuti
pemimpinnya. Sayangnya, masih ada keengganan pejabat untuk menggunakan
sepeda ke kantor," katanya.
Menurut Suparlan, lunturnya budaya bersepeda tidak hanya terjadi di
Yogyakarta tetapi di semua kota di Indonesia. "Kalau orang sudah merasa tidak aman dan nyaman menggunakan jalan, ia cenderung memilih transportasi lain," tandasnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Bambang Priyo Jatmiko |
KOMENTAR