Titan, bulan milik Planet Saturnus, diperkirakan mendapat curah hujan. Wilayah yang terindikasi mendapat guyuran hujan diperkirakan di sekitar kutub, setiap 10-100 jam dalam hitungan tahun Titan atau setara dengan 30 tahun waktu di Bumi.
Hujan di Titan mungkin terdengar aneh. Namun, para peneliti sudah melakukan pengamatan siklus zat cair di Titan yang memiliki danau, sungai, dan awan. Kesimpulannya, pasti ada hujan yang membuat siklus ini berjalan.
Tapi dengan suhu mencapai -179 derajat Celcius, zat cair di Titan bukan berupa air, melainkan metana. Dengan demikian, Titan memiliki sungai metana, danau metana, dan hujan metana.
Sama seperti wilayah di Bumi, tidak semua wilayah Titan mendapat curah hujan. Menurut data yang dikumpulkan misi Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), Cassini, terdapat dua wilayah yang tiba-tiba menggelap dan mengindikasikan turun hujan. Sedangkan wilayah lainnya malah tidak diguyur hujan selama 1.000 tahun terakhir.
Salah satu peneliti dari John Hopkins Applied Physics Laboratory (JHUALP), Dr Ralph Lorenz, meminta agar ada misi baru untuk meneliti wilayah itu lebih lanjut. Sebagai perwujudannya, Dr Lorenz dan timnya sudah menyiapkan misi yang siap ditawarkan pada NASA, Titan Mare Explorer (TiME).
Jika misi ini terpilih, TiME bisa masuk ke atmosfer tipis Titan dan mendarat di salah satu danaunya, Ligeia Mara. Misi ini diperkirakan bisa mendeteksi hujan badai dalam lingkup 1.200 kilometer persegi. "Kami memperkirakan ada peluang 50 persen (alat) pendarat akan diguyur hujan dalam misi selama 2.500 jam," kata Dr Lorenz.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR