Baru-baru kita mendengar tentang kemungkinan nenek moyang bangsa Malagasi (sebutan bagi penduduk asli Madagaskar) ialah bangsa Indonesia. Dalam penelitian yang persisnya dimuat dalam jurnal Proceedings of the Royal Society B, ditunjukkan bukti adanya kesamaan secara gen antara sampel DNA penduduk di Indonesia dengan yang ada di Malagasi sekarang.
Penelitian ini merupakan penelitian gabungan antara Massey University Selandia Baru, University of Arizona Tucson Amerika Serikat, Centre National de la Recherche Scientifique (CNRS) Prancis, serta Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Indonesia.
Herawati Sudoyo, salah satu peneliti asal Lembaga Eijkman, menjelaskan penelitian ini, Senin (16/4) di Jakarta. "Analisis genetik menunjukkan kekerabatan antara keduanya, yang berarti bahwa penduduk Malagasi yang sekarang adalah keturunan dari wanita-wanita Indonesia. Ada sekitar 30 wanita Indonesia yang jejak DNA-nya masih terpola di penduduk Malagasi yang ada sekarang ini," papar Hera.
Hera juga menambahkan, mungkin migrasi tersebut terjadi saat masa perdagangan maritim pada zaman kerajaan. Meski demikian, tidak ada tulisan mengenai sejarah Madagaskar sampai abad ke-12. Baru kemudian penjelajah Vasco da Gama mendarat di tahun 1497 mulai terdapat catatan.
Namun, dalam kekosongan pencatatan tersebut, sejarah Madagaskar sudah mulai dikuak dengan rekonstruksi sejarah walau hanya berdasarkan bukti tidak langsung.
Ia mengungkapkan, penelitian telah dilakukan sejak tahun 2005 dalam skala besar. Penelitian dengan simulasi atau model coalescent ini dikatakan merupakan studi yang pertama untuk menentukan jumlah populasi efektif founder (nenek moyang), proporsi latar belakang gentik, dan waktu kolonisasi.
Sampel diambil dari 2.745 individu dari 12 pulau di Indonesia; meliputi Sumatra, Nias, Mentawai, Jawa, Bali, Sulawesi, Sumba, Lembata, Alor, Pantar, dan Flores. Sedangkan sampel Malagasi berasal dari 266 individu dari tiga populasi yakni Mikea (pemburu), Vezo (nelayan), juga Merina (tinggal di dataran tinggi).
Pertanyaan yang Belum Terjawab
Kini, timbul pertanyaan demi pertanyaan. Berapakah proporsi populasi Indonesia ini di dalam populasi penduduk awal Madagaskar? Dari Indonesia bagian (suku) mana yang datang pertama kali itu? Atau apakah pastinya motif kedatangan?
Diakui Hera, studi genetik memang membuktikan mengenai satu populasi bangsa, tetapi studi genetik tidak bisa dikembangkan hingga mencapai pengetahuan akan budaya bangsa atau aspek historis.
"Setelah penelitian ini, mungkin masih diperlukan studi lain untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan secara menyeluruh. Dari gen kita bisa tahu, tetapi 'membuat ceritanya' tidak gampang," ujar Hera.
Studi genetik harus dilakukan dan dibandingkan bersama dengan beberapa penelitian terkait. Dalam kasus ini, ia menyebut, antara lain disiplin ilmu arkeologi, antropologi, dan linguistik. "Data arkeologi berguna sekali sebagai latar belakang dan sebagai pembuktian," tuturnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR