Sarana transportasi massal kereta gantung dicanangkan Pemerintah Kota Bandung untuk menghubungkan akses daerah Pasteur hingga ke Sasana Budaya Ganesha (Sabuga).
Pada rute awal, kereta gantung Bandung Skybridge ini dimulai dari stasiun pertama yang berada dekat Pusat Penelitian Geologi dan Kelautan (PPGL) di Pasteur sampai Sabuga. Jarak tempuhnya 1,8 kilometer, kapasitas mengangkut 2.400 penumpang per jam sekali jalan.
Selain akan mengurai masalah kemacetan, kereta gantung pun dapat menjadi bagian dari wisata. Wali Kota Bandung Dada Rosada mengatakan dalam pidato saat pencanangan proyek, Selasa (12/6), bahwa kereta gantung bisa mengurangi beban volume kendaraan yang kian menumpuk. Lebih-lebih semenjak akses menuju Jakarta terbuka karena adanya ruas Jalan Tol Purbaleunyi.
Menurut Dinas Perhubungan Kota Bandung, kurang lebih sejumlah 1,2 juta unit kendaraan bermotor saat ini turut andil dalam kepadatan lalu lintas Bandung. Meliputi 365.714 unit kendaraan roda empat dan 859.411 kendaraan roda dua. Komuter ke dan dari Bandung adalah sekitar 15.572 unit kendaraan per harinya.
Proyek pembangunan Bandung Skybridge digarap oleh PT Aditya Dharmaputra Persada menggandeng perusahaan pembuat kereta gantung asal Austria, Doppelmayr.
Hans Jost, representatif dari Doppelmayr, mengatakan, "Kereta gantung merupakan transportasi massal yang paling irit, tak menimbulkan suara atau polusi, juga paling aman." Pihaknya berpengalaman pula memasang sistem kereta gantung di 82 negara pada standar keselamatan zero accident.
Beberapa kota yang sistem kereta gantungnya mirip adalah kereta gantung di London, Inggris serta di Caracas, India dan beberapa kota di negara Timur Tengah.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR