Salah satu nenek moyang manusia yang ditemukan di Afrika Selatan tahun 2008 lalu, Australopithecus sediba, ternyata pemakan kulit pohon dan kayu. Inilah hasil studi terbaru yang dipimpin oleh Amanda Henry dari Max Planck Institute of Evolutionary Anthropology di Leipzig, Jerman
Riset ini dilakukan dengan analisis plak gigi yang memfosil, yang disebut dengan calculus. Detailnya, riset menganalisis pola gigi, fragmen tumbuhan pada gigi, dan data karbon isotop. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selain memakan buah dan dedaunan, nenek moyang manusia juga memakan kulit pohon dan kayunya.
"Untuk pertama kalinya kami berhasil memakai tiga metode berbeda untuk merekonstruksi diet makanan. Kami memperoleh gambaran diet moyang manusia ini cukup baik, dan gambaran diet yang kita lihat cukup berbeda dengan hominin (moyang manusia) lainnya," kata Henry, Kamis (27/6).
Henry sebagai peneliti menyatakan kekaguman atas hasil riset ini. Terlihat juga bagaimana pola moyang manusia tersebar di banyak daerah dengan karakteristik habitat yang berbeda pula.
Sediba pertama kali diidentifikasi dari fosil laki-laki dan perempuan muda yang terawetkan dan ditemukan di sebuah gua di Afsel pada tahun 2008. Penemuan kedua fosil ini dipimpin oleh oleh paleontolog dan juga tokoh National Geographic Society, Lee Berger. Untuk Australopithecus sediba, diduga sudah berjalan dengan dua kaki, tapi juga memanjat pohon.
"Ia (sediba) cukup primitif, memiliki otak yang sangat kecil, pendek, dan memiliki lengan yang cukup panjang. Tapi ia secara pasti memang terkait dengan kita (spesies manusia)," jelas Henry.
Henry mengungkapkan, banyak orang mungkin menolak ide bahwa moyang manusia yang memakan kulit pohon. Namun, pada dasarnya manusia tak pernah tahu apa yang mereka makan. Bisa saja yang dimakan adalah bagian dalam kulit pohon berupa getah yang mengandung gula. "Jadi kalau yang dimakan adalah sirup gula, yang merupakan getah dari pohon, maka itu bisa jadi bahan makanan yang sangat lezat," katanya.
Namun, penemuan ini juga menimbulkan spekulasi karena mengindikasikan jika sediba lebih mendekati setengah manusia dan setengah simpanse. Sebab, mereka memilih untuk tinggal dan hidup dari lingkungan kayu, mirip dengan simpanse dan gorila masa kini.
Ditambahkan Henry, jika dinterpretasikan sekitar dua juta tahun lalu, nenek moyang manusia dan kerabatnya mengeksplorasi berbagai variasi lingkungan. Serta bagaimana berperilaku di lingkungan tersebut.
Menurut arkeobotanis dari National Museum of Natural History di Washington D.C Dolores Piperno, penemuan ini sangat bagus dengan kesimpulan yang kuat. "Ini menentukan pijakan untuk penelitian di masa depan," ujarnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Bambang Priyo Jatmiko |
KOMENTAR