Lewat pesta rakyat, Anda akan memahami keseharian dan kegiatan warga setempat. Inilah yang dirasakan National Geographic Indonesia saat bertamu ke Desa Bokor dalam acara Bokor Folklore Festival II atas undangan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Pemerintah Provinsi Riau.
Pentas musik, tari, drama, dan lomba ketangkasan yang dipetik dari kegiatan sehari-hari digelar dalam acara ini. Paling menarik perhatian adalah menggunakan pohon sagu sebagai peranti pertandingan. Di antaranya tertuang dalam cabang menganyam atap rumah dengan daun sagu, berlari meniti batang sagu serta mendorong batang sagu.
Disebut terakhir, dalam bahasa melayu riau disebut sebagai golek tual sagu. Lomba ini diilhami dari kegiatan para petani sagu saat mendorong batang-batang sagu dari kebun untuk dibawa ke pabrik pengolahan. Bila dalam pekerjaan sehari-hari mereka cukup menggunakan satu pengait mirip ganco, maka versi pertandingannya terdapat dua pendorong batang sagu.
Pelaksanaan lombanya: Para peserta berlomba lari lebih dulu ke arah batang-batang sagu dijajarkan, melompati batang ini, kemudian putar arah dan mendorongnya ke garis akhir. Para penonton menyaksikan dari kedua tepi sembari bersorak-sorai.
Cukup mendebarkan, karena seperti diserukan panitia berkali-kali: Golek tual sagu ini tanpa rem. Jadi peserta harus mempertahankan batang sagu terdorong lurus dan penonton juga mesti memperhitungkan keselamatan masing-masing agar tidak terlindas batang sagu.
M. Ery Sandy, Kasi Pengembangan Pasar Disbudpar Provinsi Riau menyatakan, “Bokor Folklore Festival II meneruskan perhelatan rakyat serupa tahun lalu, dengan beberapa pembaruan. Dulu dipusatkan pada festival panen buah-buahan, kini melibatkan kegiatan masyarakat sehari-hari yaitu panen sagu yang dituangkan dalam berbagai lomba.”
Lebih lanjut M. Ery Sandy mengungkap, acara rakyat tahunan ini diharapkan menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Selatpanjang dan dilanjutkan ke Desa Bokor. Apalagi sudah ada infrastruktur memadai seperti speedboat dengan lama perjalanan sekitar tiga jam dari Pekanbaru tujuan Selatpanjang, diteruskan perahu motor sekitar 15 menit dari kota persinggahan itu menuju Desa Bokor.
“Keinginan kami, Selatpanjang dan Desa Bokor tidak hanya ramai saat festival, tetapi juga mampu menjadi destinasi wisata untuk para keluarga saat akhir pekan atau liburan sekolah,” imbuhnya. “Seiring berjalannya waktu, kami akan memaksimalkan fasilitas homestay di Desa Bokor pula.”
Silakan berjalan-jalan menikmati kesederhanaan Desa Bokor dan tanyakan bila masyarakat tengah menggelar lomba golek tual sagu. Pasti menarik untuk ikut berpartisipasi dengan cara berlari di atas rumput hijau dan mendorong batang yang cukup berat tanpa rem!
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR