Sains dan teknologi adalah mata pelajaran yang seringkali menjadi momok bagi anak-anak khususnya usia sekolah dasar. Tak hanya materi yang sulit dihafalkan, namun rumus-rumus yang rumit membuat mereka makin bingung bahkan bosan terhadap mata pelajaran tersebut.
Salah satu cara untuk meningkat minat dalam belajar sains adalah mengemas pelajaran tersebut dalam bentuk permainan. Permainan dinilai efektif sebagai sarana belajar karena lebih menyenangkan dan menarik.
Hal inilah yang melatarbelakangi lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta yang baru saja mendapat medali perak dalam Pekan Ilmiah Nasional (PIMNAS) 2012 untuk mengembangkan laboratorium Media Pecinta Teknologi di Sekitar Kita (Metaloka).
Laboratorim yang dirancang Erna Setianingsih, Dawi Karomati Barorah, Rosalia Diah Mindarti, Ida Lutfiani Afifah, dan Fida Khansa ini, berisi media pembelajaran sains dengan berbagai macam permainan. Metaloka juga diperkenalkan sebagai laboratorium berjalan inovatif guna mempermudah belajar fisika dan kimia anak usia SD.
Ketua Tim Erna mengatakan, keunggulan dari laboratorium berjalan ini adalah sebagai media belajar yang sesuai dengan kurikulum pemerintah. “Selama ini banyak permainan anak yang bersifat edukatif tidak seusai dengan kurikulum. Dengan demikian, cara mereka belajar sains kurang optimal,” ungkapnya di Yogyakarta, Rabu (25/7).
Laboratorium berjalan yang dikembangkan berisi 17 media belajar sesuai kurikulum kelas 3 sampai 6 SD. Materi yang terangkum di antaranya rangkaian listrik fisika, elektromagnetik, termometer botol, kapilaritas, listrik statis, pembuatan magnet.
Bahkan pengembangannya pun akan menambahkan materi pengenalan robotika, roket air, serta tenaga surya. Produk dari laboratorium selain produk permainan juga memberikan pelatihan. Harga permainan dibandrol dengan harga murah, mulai dari Rp 5.000,-
“Laboratorium ini sudah kami uji cobakan di beberapa SD di Yogyakarta. Anak-anak pun lebih atraktif dalam belajar sains. Ke depannya kami akan mengembangkan media permainan untuk pelajaran Biologi, dan jenjang pendidikannya pun kami tambah yakni di tingkat SMP,” tambah Erna.
Menurut juru bicara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Ibnu Hamad, perpaduan antara ilmu pengetahuan dan permainan sangat berkembang akhir-akhir ini. Itulah yang disebut edutainment.
"Keunggulannya, bisa memfasilitasi atau mendorong siswa pada masa kanak-kanak untuk mengakses ilmu sambil bermain," ujar Ibnu pada National Geographic Indonesia, Kamis (26/7).
Dunia edutainment diprediksi akan makin berkembang seiringnya pertumbungan gadget pada peserta didik, khususnya di kota-kota besar. Hal ini turut mengangkat kreativitas anak dalam mencari ilmu pengetahuan.
Penulis | : | |
Editor | : | Bambang Priyo Jatmiko |
KOMENTAR