Nationalgeographic.co.id—Mulai dari buaya hingga burung, beberapa hewan tertentu berhasil bertahan hidup dari beberapa peristiwa kepunahan terburuk dalam sejarah dunia. Salah satu yang benar-benar telah lenyap dari muka Bumi akibat kepunahan massal adalah dinosaurus.
Beberapa peneliti meyakini bahwa kepunahan dinosaurus di Bumi bermula dari hantaman objek dari luar angkasa ke Bumi. Sekitar 65 juta tahun lalu, sebuah asteroid besar menghantam Bumi, menggelapkan langit dan membunuh sejumlah besar hewan, termasuk dinosaurus.
Namun, karena beberapa alasan, makhluk tertentu bertahan hidup, seperti mamalia, buaya, burung, dan kura-kura. Meskipun diselimuti kematian, bencana tersebut memungkinkan munculnya mamalia, yang mengakibatkan ledakan besar dalam keanekaragaman dan jumlah mereka.
Demikian pula, 250 juta tahun lalu, dunia menyaksikan peristiwa kepunahan massal terburuk dalam sejarah: Kepunahan Akhir Permian. Juga dikenal sebagai Kematian Besar, peristiwa ini disebabkan oleh serangkaian letusan gunung berapi yang membunuh tiga perempat hewan di darat, dan bahkan lebih banyak lagi di lautan. Namun, sekali lagi, beberapa hewan selamat dan tetap eksis hingga hari ini.
Kedua peristiwa besar itu dihubungkan oleh sebuah misteri: Dalam kepunahan massal, mengapa beberapa hewan punah sementara yang lain bertahan hidup?
Beberapa tahun lalu, dua tim riset secara terpisah pernah meneliti kedua peristiwa kepunahan ini untuk memahami apa yang memungkinkan suatu spesies bertahan hidup saat dunia di sekitarnya sedang sekarat.
Akhir bagi dinosaurus
Untuk memahami peristiwa kepunahan yang membunuh dinosaurus 65 juta tahun lalu, kita perlu beralih ke wilayah Tanis di North Dakota. Sekitar 65 juta tahun lalu, ikan-ikan malang di muara ini menemui ajal sebelum waktunya.
Hanya 10 menit setelah asteroid Chicxulub menghantam semenanjung Yukatan, gelombang seismik besar menghantam daerah itu, mengguncang air dengan keras. Tidak seperti tsunami, yang merupakan gelombang raksasa yang datang dari satu titik, gelombang yang menghantam Tanis seperti yang terjadi pada kolam renang saat gempa bumi: air yang terbatas menyebabkan gelombang bertambah kuat.
Hal ini menyebabkan sedimen di dasar daerah itu mengubur ikan hidup-hidup, segera setelah satu jam setelah peristiwa tumbukan asteroid tersebut. Saat ini, kita melihat hasilnya sebagai fosil ikan yang terawetkan dengan sempurna — beberapa bahkan dengan jaringan lunak yang utuh di sana.
"Fosil ikan ini mengandung sesuatu yang menarik: bola-bola kecil kaca dan batu yang meleleh di dalam insangnya. Bola-bola ini diyakini berasal dari benturan itu sendiri," tulis Elizabeth Fernandez dalam sebuah ulasan di laman Big Think.
Baca Juga: Kepunahan Massal Kelima: Kala Mamalia Mengambil Alih Dunia Dinosaurus
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR