Bakteri Helicobacter pylori (H.pylori) merupakan salah satu penyebab terjadinya tukak lambung (maag). Bakteri ini ternyata bisa diturunkan dari genetika keluarga karena individu yang sama hidup di wilayah terinfeksi.
Penelitian mengenai bakteri H.pylori dalam garis genetika seseorang bahkan bisa memberi gambaran asal-usul nenek moyangnya. Demikian dijelaskan oleh Barry Marshall, peraih hadiah Nobel di tahun 2005 atas penelitiannya mengenai H.pylori sebagai penyebab tukak lambung.
Penelitian Marshall dan rekannya, Robin Warren, mementahkan teori berusia ratusan tahun yang menyebut tukak lambung hanya disebabkan oleh stres, makanan pedas, dan asam. "Di India, jika Anda meneliti H.pylori dalam tubuh seseorang, bisa dilihat asal-usul mereka di satu wilayah tertentu," kata Marshall saat memberi kuliah umum di Eijkman Institute, Jakarta, Rabu (10/10).
Marshall menambahkan, wilayah di utara Benua Australia memiliki bakteri H.pylori yang hampir mirip dengan yang ada di Papua. Ini kemungkinan karena terjadinya migrasi di antara kedua area tersebut.
Dikatakan Herawati Sudoyo, Deputi Direktur Lembaga Eijkman, penelitian Marshall bisa membantu mengetahui jejak manusia purba yang ada di Indonesia. "Mempelajari H.pylori sangat menarik, karena bisa menarik garis migrasi manusia menuju Indonesia," ujar Herawati. "Subjek yang dipelajarinya (Marshall) adalah nenek moyang yang sama turun ke Indonesia lewat Kalimantan," imbuhnya.
Pendirian Marshall Centre
Kedatangan Marshall ke Indonesia sekaligus menjajaki pendirian Marshall Centre di Indonesia. Sebelumnya, institusi ini sudah dikembangkan di University of Malaya, Malaysia. Di Tanah Air, Marshall Centre bisa menjadi badan penelitian penyakit dan infeksi menular. Termasuk menjadi fasilitas pendidikan bagi masyarakat Indonesia mengenai penyakit tertentu.
Menurut Amin Soebandrio, Staf Ahli Bidang Kesehatan dan Obat Kementerian Riset Dan Teknologi RI, kehadiran Marshall Centre merupakan bagian dari kerja sama internasional Indonesia dengan dunia. Indonesia bahkan memiliki posisi lebih kuat karena memiliki sumber daya manusia yang unggul.
"Kerja sama ini berdasarkan kebutuhan yang sama. Tapi harus diingat, kerja sama ini harus menghormati hukum negara satu sama lain," tegas Amin.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR