Gempa tremor dilaporkan terus terjadi di Gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur, sampai pada hari Selasa (23/10). Dengan aktivitas kegempaan yang terus-menerus terjadi, maka gunung dengan ketinggian 2.329 meter dari permukaan laut (mdpl) ini masih tetap berstatus Waspada.
Status Bromo meningkat dari Normal (level I) menjadi Waspada (level II) sejak 3 Oktober 2012. Peningkatan status berdasarkan hasil pengamatan dan analisa kegempaan yang dipantau dari Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Bromo di Dusun Cemoro Lawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo.
"Aktivitas gunung berapi masih didominasi oleh gempa tremor. Kegempaanya fluktuatif, kadang naik dan kadang turun, dan sesekali mengeluarkan asap putih yang tingginya mencapai hingga 50 meter," kata Kepala PPGA Bromo Muhammad Syafii.
Ia memaparkan, petugas PPGA Bromo memantau aktivitas Gunung Bromo secara ketat dan detail. Karena kawasan tersebut merupakan objek wisata yang padat dikunjungi wisatawan domestik dan mancanegara.
Wisatawan Gunung Bromo diimbau untuk tidak mendekati bibir kawah dengan batas radius satu kilometer menyusul peningkatan aktivitas gunung berapi tersebut. "Karena dikhawatirkan gas beracun terhirup," tambah Syafii.
Pemantauan Gunung Bromo dilakukan secara visual dengan pemasangan kamera CCTV (Close Circuit Television), dan pemantauan secara instrumental melalui satu stasiun seismik dengan rekaman analog dan digital. Sementara pemantauan deformasi lewat satu stasiun tiltmeter.
Letusan Bromo sebagian besar berupa letusan freatik yang menghasilkan abu dan lontaran material pijar. Letusan terakhir terjadi sekitar November 2010-Juni 2011, menyebabkan hujan abu vulkanik dan lontaran lava pijar yang jatuh di sekitar kawah.
Kala Terbunuhnya De Bordes oleh Depresi, Jadi 'Sejarah Kecil' di Hindia Belanda
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR