Sekelompok ilmuwan asal University of Sydney dan University of Western Sydney, Australia, melakukan penelitian terhadap pohon mountain ash (Eucalyptus regnans) yang selamat di kawasan hutan Britannia Creek yang hangus akibat kebakaran dahsyat yang dikenal dengan Black Saturday. Peristiwa Black Saturday sendiri menandai puncak dari gelombang suhu panas yang melanda kawasan tersebut pada tahun 2009.
Peneliti dari berbagai belahan dunia sepakat bahwa ancaman terbesar bagi pepohonan di hutan selain kebakaran adalah semakin meningkatnya frekuensi kemunculan gelombang suhu panas dan musim kering yang semakin panjang. Contohnya seperti yang terjadi pada tahun 2009 tersebut.
Dan pohon tinggi diyakini mampu bertahan hidup karena sudah terbiasa hidup dalam kondisi kesusahan. Mengambil air dari tanah dan mengantarkannya ke dedaunan jauh di atas sana.
Dalam laporannya yang dipublikasikan di jurnal Oecologia, Mark Adams dan Sebastian Pfautsch menyebutkan, ternyata kemampuan pepohonan mountain ash selamat dari bencana adalah karena kemampuan mereka menyimpan, menggunakan, dan mengisi ulang air di dalam batang mereka, khususnya saat malam hari.
Sebelum ini, kalangan peneliti berasumsi bahwa mengambilan air di malam hari merupakan proses yang tidak signifikan. Namun, pepohonan mountain ash mengambil air di malam hari hingga 30 persen dari total penghisapan air di siang hari.
“Kayu batang pohon itu berfungsi layaknya spons yang dikosongkan saat siang hari dan diisi ulang ketika malam datang,” kata Pfautsch. “Kemampuan hebat spesies pohon ini untuk tumbuh pesat dan mencapai ketinggian yang luar biasa meski berada dalam gelombang udara panas dan musim kering berkepanjangan menegaskan pentingnya penelitian dilakukan terhadap salah satu simbol ciri khas alam Australia ini,” ucapnya.
Menurut Adams, jumlah air yang digunakan oleh pohon mountain ash sangatlah penting untuk menentukan cadangan air bagi kawasan tersebut. “Memahami bagaimana dan berapa banyak pohon menggunakan air dalam kondisi ekstrem dan memahami bagaimana kondisi ekstrem mempengarui pohon, sangatlah vital bagi pengelolaan sumber air di masa depan,” ucapnya.
Pasalnya, lanjut Adams, ada kemungkinan besar bahwa hutan di kawasan itu akan menghadapi kekeringan dan temperatur yang lebih tinggi di masa datang. “Penelitian ini merupakan langkah penting dalam memprediksi bagaimana pepohonan itu akan merespons kondisi alam dan kapasitas mereka dalam mendukung ekosistem seperti penangkapan karbon dan cadangan air,” ucapnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR