Ketika pada September 2011, rendang ditahbiskan sebagai masakan terlezat nomor satu di dunia berdasarkan angket CNN.go, inilah kesempatan emas untuk mengangkat kekayaan luar biasa boga Indonesia. Selama ini kuliner Nusantara dianggap masih terlalu rendah hati dibanding jual diri gencar yang dilakukan dunia boga Jepang, Korea, Thailand, Italia, dan Amerika Serikat.
Tujuh tahun sebelumnya, Reno Andam Suri, penulis buku "Rendang Traveler: Menyingkap Bertuahnya Rendang Minang," telah merintis agar rendang tak hanya bisa dinikmati dadakan di rumah makan Minang yang tersebar se-antero Indonesia. Ia mempertahankan proses memasak rendang secara tradisional yang diolah dari daging, santan kelapa, cabai, dan bumbu rempah.
Namun, ia memberi nilai tambah dengan mengemas hidangan tahan lama tanpa bahan pengawet ini – sarat bumbu telah menjadi “pengawet” tersendiri. Berupa vacuum pack cantik yang layak menjadi oleh-oleh dan antaran. Keuletannya mengupayakan rendang bisa awet dibawa melanglang ke mancanegara pun diganjar Pemenang Penghargaan I Lomba Wanita Wirausaha Femina 2009.
Dari penelitian Reno Andam terhadap rendang padang, ternyata tiap daerah di ranah Bundo Kanduang memiliki kekhasan rendang – Padang, Batusangkar, Painan, Pariaman, Bukittinggi, Danau Maninjau, Agam, Payakumbuh. Ada yang memakai kemiri, kapulaga, ketumbar hijau. Bahan dasar tak hanya daging tapi kekayaan sekitar.
Masyarakat di pesisir ada yang mengolah rendang lokan. Di Payakumbuh, misalnya, sedikitnya dikenal delapan variasi rendang – rendang ayam, daun kayu, runtiah, sapuluik itam, tumbuak, telur, cubadak, batokok.
Keragaman dan kecintaan terhadap rendang inilah yang akhirnya mendorong Program Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti Jakarta untuk menggelar "Rajou – Rendang Journey."
Acara ini sudah diawali dengan seminar dan bincang tentang "The Uniqueness of Food Culinary as the Gate of Indonesia" di Balairung Soesilo Soedarman, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sabtu, 13 Oktober 2012 lalu. Diskusi menampilkan Reno Andam dan Lisa Virgiano yang menggagas Underground Secret Dining di Indonesia, yang terlilhami oleh “gerakan serupa” di AS.
Sebagai acara puncak, memanfaatkan akhir pekan panjang November, digelarlah Battle of Rendang, Sabtu (17/11), pukul 08:00-18:00 di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Acaranya bersifat kreatif, apresiatif lewat kompetisi memasak rendang, media sosial, fotografi, dan penulisan soal rendang. Terpenting, tentu saja, senang-senang menikmati rendang di bazaar boga. Mari menikmati dan menghargai rendang di akhir pekan panjang.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR