Seperti yang dilansir oleh Smithsonianmag.com, “Untuk membuktikan bahwa ini tidak melibatkan satu bangunan yang mengalami trauma terisolasi, maka kami pun membandingkannya dengan situs lain, baik di Yerusalem maupun di tempat lain di mana kami juga melihat lapisan ini, sehingga kami dapat menghubungkannya dan mengatakan bahwa ini bukan peristiwa yang terisolasi melainkan sesuatu yang lebih luas,” kata Joe Uziel, seorang arkeolog dari IAA.
Menariknya lagi, peristiwa seperti itu—yang berasal dari abad kedelapan SM—bertepatan dengan referensi ke peristiwa serupa dalam kitab Amos dan Zakharia.
Kitab Amos, misalnya, merujuk pada ayat "dua tahun sebelum gempa bumi, ketika Uzia menjadi raja Yehuda", sedangkan Kitab Zakharia berisi bagian yang berbunyi "kamu akan lari dari gempa bumi pada zaman Uzia raja Yehuda."
Raja Uzia sendiri diyakini telah memerintah pada pertengahan abad kedelapan. Sekarang para peneliti percaya bahwa bukti yang baru ditemukan tersebut kemungkinan menunjukkan gempa yang dijelaskan dalam teks-teks kitab itu.
Baca Juga: Kontroversi Arkeologi Raja Daud dan Sulaiman, Sains dan Alkitab
Seperti yang ditulis oleh Amanda Borschel-Dan dari Times of Israel, peristiwa-peristiwa besar seperti gempa bumi biasanya akan menjadi sebuah patokan yang tertulis dalam kisah-kisah alkitabiah. Sejatinya fenomena ini sama halnya dengan pandemi Covid-19, suatu saat orang-orang akan menempatkan cerita menggunakan awal pandemi sebagai patokannya.
"Gempa bumi yang merusak di Yerusalem mungkin terjadi, seperti yang ditunjukkan oleh gempa bumi tahun 1927 yang terekam dengan baik," kata arkeolog Israel, Finkelstein dari Universitas Tel Aviv. "…Lapisan awal kitab Amos mencakup bahan-bahan yang berhubungan dengan abad kedelapan dan karenanya ada kemungkinan bahwa gempa bumi yang dahsyat meninggalkan kesan yang kuat dan dicatat,” sambungnya.
Di wilayah kota kuno Megiddo sekitar 130 kilometer sebelah utara Yerusalem, Finkelstein bersama rekan-rekannya telah menemukan bukti gempa bumi yang berasal dari periode yang sama. Para arkeolog juga telah mencatat situs-situs yang memiliki lapisan kehancuran dari pertengahan abad kedelapan di Hazor dan Acre, dua tempat tersebut berada di sebelah utara Megiddo, dan bagian barat daya Yerusalem di Lachish.
Baca Juga: Arkeolog Selidiki Temuan Potongan Kain Era Raja Daud di Lembah Israel
Seperti yang laporkan oleh Ruth Schuster untuk Haarets pada 2019. Dia bersama tim menjelaskan sebuah gambaran, "dinding bengkok dan melengkung, dinding dan pilar yang miring, batu bangunan yang retak, pasir yang berhamburan, lantai yang tenggelam, batu bata yang runtuh dan sisa-sisa yang terbakar." Sebuah gambaran mengerikan dari peristiwa dahsyat yang terjadi saat itu.
Dengan menggunakan penanggalan karbon-14 bahan organik, para peneliti telah menemukan bukti aktivitas seismik di wilayah Laut Mati. Hasil mereka mencatat bahwa ada dua gempa besar yang terjadi pada abad kedelapan, yang mana salah satunya ada di antara tahun 861 dan 705 SM, sedangkan satunya lagi antara tahun 824 dan 667 SM.
Menurut seorang sarjana Perjanjian Lama di Johannes Gutenberg University of Mainz, Wolfgang Zwickel mengatakan, “Mungkin saja kedua peristiwa itu digabung menjadi satu dalam kisah sejarah, atau bahwa Amos mengacu pada peristiwa mana yang lebih kuat.” katanya.
Temuan ini akan dipresentasikan kepada publik di Kota Daud, Megalim, pada 2 September 2021 mendatang oleh kedua direktur penggalian IAA, Uziel dan Ortal Kalaf.
Baca Juga: Melihat Ratusan Tulang Bayi dari Zaman Romawi di Israel dan Inggris
Source | : | Smithsonianmag.com |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR