Nationalgeographic.co.id—Tenzing-Hillary Airport atau biasa disebut bandara Lukla, merupakan salah satu landasan terbang di wilayah Khumbu Pasanglhamu, Nepal. Nepal yang umum dikenal dengan pegunungan Himalaya dan puncak tertinggi di Everest, tampaknya masih menyimpan satu hal menakjubkan lagi, yaitu adanya bandara tertinggi di dunia.
Tenzing-Hillary berada di daratan yang sangat tinggi. Bagi para pendaki gunung Everest, pastinya akan melewati wilayah tersebut. Ia merupakan bandara satu-satunya di kawasan tersebut. Di sekitarnya juga terdapat beberapa bangunan seperti rumah dan hotel yang tersebar. Bandara tersebut berada di ketinggian 2.860 mdpl (meter dari permukaan laut).
Perubahan iklim yang ekstrem, menjadi resiko tersendiri bagi para pilot yang ingin lepas landas maupun mendarat di landasan tersebut. Meskipun begitu, bandara ini cukup ramai wisatawan. Dari kota Katmandu, para wisatawan memerlukan waktu sekitar 40 menit dengan pesawat karena aksesnya yang cukup sulit dijangkau. "Iklim dan geografi di wilayah Lukla, merupakan faktor yang menambah kesulitan dalam pendaratan dan lepas landas dari bandara," tulis Samir Magar dalam jurnal internasional yang diterbitkan Tongji University, Tiongkok, berjudul Why deadliest is this airport? a case for tenzing-hillary: A Review pada tahun 2020.
Baca Juga: Everest Ditutup Untuk Cegah Corona, Wisata Nepal Paling Terdampak
"Terletak di lantai Himalaya yang tinggi dan dikelilingi oleh perbukitan, umumnya, penerbangan biasa dijadwalkan pada pagi hari dan layanan dihentikan menjelang siang," tambahnya. Hal tersebut dilakukan karena angin barat daya yang kuat dapat menciptakan crosswind (angin silang) dan tailwind (angin dari belakang) yang menambah risiko bagi pilot.
Bipin Dawadi dalam bukunya yang berjudul Tighteen Your Seat Belt, We Are About to Descend: The Importance of Air Transportation In Tourism, Tenzing-Hillary Airport, Nepal, terbit pada tahun 2013, mengulas tentang Tenzing-Hillary sebagai bandara yang paling berisiko di dunia.
"Tenzing-Hillary punya banyak sisi ekstrem yang membuat para pilot segan untuk mendaratkan maupun menerbangkan pesawatnya," tulisnya. "Bandara ini memiliki landasan pacu yang pendek, hanya berkisar 1.600 kaki atau setara dengan 487 meter dengan gradien (kemiringan bidang) 12 derajat," tambah Dawadi dalam tulisannya.
Hal tersebut tentunya sangat berisiko karena landasan pacunya tidak memiliki standar sebagaimana landasan pacu bandara lain. Umumnya landasan pacu bandara memiliki panjang 1.700 sampai 1.900 meter, sedangkan di Tenzing-Hillary hanya sepanjang 487 meter saja. Begitu juga pada tingkat kemiringan bidang, yang seharusnya landasan pacu memiliki standar kemiringan 0,5 sampai 10 derajat, sedangkan Ia memiliki gradien mencapai 12 derajat.
Baca Juga: Apa Arti Tanda-Tanda yang Berada di Sebuah Landasan Penerbangan?
Tercatat sejumlah kecelakaan pernah terjadi di bandara tersebut, seperti peristiwa pada 14 April 2019. Helikopter yang tengah terparkir di bandara tersebut ditabrak oleh pesawat Twin Otter dengan tiga awaknya. Kecelakaan tak dapat dihindarkan dan menewaskan ketiga awak pesawat tersebut. Sempit dan pendeknya landasan pacu membuat Tenzing-Hillary rawan terjadi kecelakaan.
Berada di tengah pegunungan, Dawadi menggambarkan kondisi geografis Tenzing-Hillary yang dikelilingi perbukitan. "Dibuat landasan pacu menanjak guna mengurangi kecepatan pesawat yang lepas landas, agar tidak menabrak gunung," tulisnya. Dawadi menambahkan, "meskipun begitu, mengurangi kecepatan pesawat dapat memungkinkan pesawat terbang rendah dan bisa jadi jatuh ke tebing."
Meski dianggap membahayakan, banyaknya pengunjung yang berwisata ke Pegunungan Himalaya, tak jarang juga datang ke Tenzing-Hillary untuk melihat pemandangan yang indah dan hal menakjubkan sebagai bandara terringgi di dunia.
Source | : | google scholar |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR