Dalam jurnal yang dikeluarkan Nature Neuroscience tahun 2004, menyebutkan bahwa dibanding wanita, pria adalah makhluk visual dalam hal seksual. Di mana dalam pemeriksaan menggunakan magnetic resonance imaging (MRI), amigdala dan hipotalamus pada pria akan terpicu aktif jika diberi rangsangan berbau seksual.
Tapi rupanya jika mengenai ketertarikan pada suatu subjek hanya dari tampilannya saja, bukan merupakan dominasi pria. Perempuan ternyata juga merupakan makhluk visual, hanya saja kaum hawa akan menerapkan hal ini dalam dunia belanja.
Sebelum berbelanja, 72 persen perempuan akan merencanakan dengan baik semua barang yang dibutuhkannya. Dengan perincian, sekitar 23 persen di antaranya menuangkan dalam catatan. Namun, ini bisa berubah ketika melihat ada barang yang bagus tampilannya.
"Perempuan itu well-prepared shoppers, tapi terkadang bisa sangat impulsif," kata Amy Wirabudi, Associate Publisher Lifestyle Media Gramadia Majalah, dalam jumpa pers The Social Shoppers, Indonesia Hottest Insight (IHI) 2013, di Jakarta, Selasa (7/5).
Angka presentase ini merupakan hasil mega survei IHI yang dilakukan di sembilan kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Medan, Palembang, Denpasar, dan Makassar, pada 3.000 responden wanita. Makna dari survei ini sendiri adalah untuk membantu para pelaku bisnis memahami pasar secara lebih baik.
Menyoal visual, maka itu perempuan yang menggunakan barang "maskulin" sekali pun, akan menorehkan warna "feminim" di dalamnya. Seperti dalam pemilihan barang-barang otomotif, tujuh dari sepuluh perempuan memilih warna terang dan desain yang "perempuan".
Secara umum, ada tiga kluster perempuan yang ditemukan lewat survei ini. Yakni perempuan up-to-date yang menyukai olahraga dan tantangan; explorer, berupa perempuan yang mencoba hal baru terutama yang sedang tren; dan achiver, yakni mereka yang rela bekerja keras demi keluarga.
"Tapi mereka semua punya satu kesamaan, mereka adalah visual lover," tegas Amy sekaligus memberi penjelasan mengapa perempuan kadang membeli di luar kebutuhan mereka.
Temuan-temuan menarik seperti ini, kata Bobby Christoffer sebagai Group Advertising Sales and Marketing Director Gramedia Majalah, bisa memberi masukan soal perilaku konsumen di Indonesia. Dengan demikian, produsen-produsen yang ada di pasaran, bisa memetakan strategi pemasaran sesuai dengan target konsumennya. Tercatat, ada 3.204 temuan dari survei ini.
Ditambahkan Sigit Pramono, Research Director Gramedia Majalah, survei IHI 2013 dilakukan sebanyak tiga tahap; planning, field work, dan analisa. Semuanya dikerjakan sejak Oktober 2012 silam. "Kami juga menggamit IPSOS (lembaga survei independen) agar hasil survei bisa dijaga validitasnya," kata Sigit.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR