Pulau Palue di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, sebaiknya tidak dihuni penduduk. Letusan Gunung Rokatenda menyebabkan sumber daya alam di pulau seluas 41 kilometer peregi itu tertutup abu dan tidak bisa diandalkan menghidupi masyarakat.
"Letusan yang terjadi sejak akhir tahun 2012 menutup begitu banyak penghidupan masyarakat. Bila memaksakan ditinggali, dikhawatirkan membawa dampak buruk kepada masyarakat," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVBMG) Badan Geologi Surono, di Bandung, Sabtu (25/5).
Aktivitas Rokatenda meningkat sejak Oktober 2012 dan meletus tiga bulan kemudian. Hingga kini, PVBMG menetapkan status Siaga pada Rokatenda. Kini, sebagian besar kebun dan lahan garapan warga tak bisa dimanfaatkan akibat tertutup abu vulkanik. Itu terjadi di dekat kawah seperti Desa Nitunglea, Kesokoja, Lidi, dan Rokirole.
Menurut Surono, akibat letusan itu, lahan yang masih bisa ditempati tinggal 30 persen dari total luas pulau. Dengan jumlah penduduk 10.000 jiwa, luas lahan itu sebaiknya tidak dihuni lagi.
Surono khawatir saran itu terkendala berbagai aspek, baik sosial, ekonomi, maupun politik. Banyak masyarakat mengandalkan hidup di sekitar Pulau Palue sehingga memungkinkan mereka kembali suatu saat nanti.
Berdasar buku Data Dasar Gunung Api di Indonesia, pengosongan gunung api di Indonesia berjalan tak mulus. Salah satunya adalah Pulau Makian dengan Gunung Kie Besi di Maluku Utara.
Sebelumnya, anggota staf Justice and Peace and Integrity of Creations SVD Sikka, Pastor Marcel Vande SVD, mengatakan, warga tak betah lagi menetap di pengungsian. Mereka minta segera direlokasi agar bisa memulai kehidupan baru yang lebih pasti.
Menetap di pengungsian dalam waktu lama berdampak buruk pada kehidupan dan masa depan mereka. Mayoritas warga Palue mengungsi ke Ende dan Maumere.
"Tak ada pekerjaan tetap bagi orang tua dalam kurun wamtu lama, juga tidak menyenangkan semua pihak, terutama pengungsi. Masa depan anak-anak pun semakin tak jelas," kata Marcel.
Terdeteksi NASA
Letusan Gunung Rokatenda dari awal 2013 sudah terdeteksi oleh Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA).
Sejarah Migrasi Manusia Modern di Indonesia Terungkap! Ada Perpindahan dari Papua ke Wallacea
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR