Di Semarang, perayaan bulan purnama pertama atau Cap Go Meh ditandai kaum Tionghoa dengan bersembahyang ke kelenteng. Lantas kembali ke rumah dan berkumpul untuk menyantap hidangan lontong berlauk opor ayam, daging bumbu abing, serundeng, bubuk kedelai, sambel goreng ati serta beberapa pelengkap. Paket hidangan ini dikenal sebagai lontong Cap Go Meh, sebuah masakan khas Peranakan.
Sementara di Ilha de Formosa atau Republic of China alias Taiwan, acara Cap Go Meh dikenal sebagai Yuanxiao Jie. Jatuh pada hari ke-15 setelah perayaan Imlek atau Chun Jie.
Tradisinya adalah membuat dan menyantap semacam klepon, dalam bahasa setempat disebut yuanxiao. Pengalaman saya saat berada di Taipei adalah membuat bola-bola ketan diisi kacang tumbuk lalu dimasukkan ke dalam sirup jahe, bersama sesama pejalan yang menginap di Hostel Eight Elephants.
Dengan latar belakang berbagai kebudayaan, acara membuat klepon bersama ini terasa meriah. Ada pejalan asal Eropa yang membawakan cherry brandy untuk dinikmati bersama, lainnya menyumbang berbagai kue kering sampai cokelat dan sembari membuat bulatan-bulatan ketan kami mengobrol tentang perayaan Cap Go Meh di berbagai negara.
Jangan lupa, agar klepon tidak lengket satu sama lain, kami mengguling-gulingkannya ke piring berisi tepung. Lucunya, selain memberikan tepung kepada si klepon, kami juga bergantian membubuhkan tepung sebagai bedak ke pipi rekan-rekan lainnya! Suasana pun menjadi penuh gelak tawa.
Sesudah itu kami pergi ke pusat kota Taipei untuk menonton pesta kembang api yang terlihat dari tepian Sungai Danshui serta Taipei Bridge. Esoknya digelar festival lampion atau Shang Yuan. Ribuan lampion diterbangkan pada malam hari dan cahaya lembutnya berpendar saat membumbung ke angkasa.
Beberapa tempat di Taiwan yang menggelar Shang Yuan adalah kota Taipei, Kaohsiung dan Pinxi. Di kota Pinxi yang berlokasi sekitar dua jam perjalanan berkereta dari ibu kota Taipei digelar festival lampion yang paling klasik di seantero Taiwan. Pengunjung dapat membeli lampion untuk ditulisi pesan, harapan dan doa menggunakan kuas lalu diterbangkan dengan bantuan beberapa petugas.
Penulis | : | |
Editor | : | Jessi Carina |
KOMENTAR