Ada yang berbeda diantara puluhan stand-stand kerajinan yang berderet di Taman Lumbini kompleks Candi Borobudur pada event Borobudur International Festival (BIF) 2013, Sabtu (15/6/2013) siang. Para pengunjung BIF tampak berkerumun di salah satu stand batik di salah satu sudut. Rupanya di stand tersebut ada Putri Indonesia Pariwisata 2013, Cok Istri Krisnanda Widani (21), yang tengah asyik belajar membatik menggunakan canting (alat untuk membatik).
Meski tampak serius, namun gadis asal Bali itu tetap tersenyum ramah setiap kali pengunjung menyapa. Dengan jarinya yang lentik, Cok Is tidak terlihat canggung ketika seorang perajin Nuryanto membimbingnya membatik dengan menggunakan canting. Ia membuat batik motif stupa bertuliskan Borobudur International.
Selain membatik, Cok juga berkesempatan melihat penampilan kesenian tradisional khas Magelang yaitu tarian Soreng di panggung utama di tengah Taman Lumbini. Tak ayal para pengunjung yang mengenalinya langsung berebut untuk berfoto bersamanya. Cok pun dengan ramah melayani sau-persatu permintaan warga itu.
Dalam agenda empat tahunan BIF 2013 yang digelar selama 4 hari dari 13-17 Juni, Cok cukup sibuk mempromosikan kegiatan yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jateng ini.
Pada malam pembukaan lalu, Cok Is mendampingi Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sapta Nirwandar dan Gubernur Jateng Bibit Waluyo memukul gong sebagai tanda pembukaan BIF 2013. '"Tadi saya sudah sempat berkeliling melihat stand-stand yang ada di ajang BIF ini , seperti stand kerajinan, batik, kuliner, jamu dan lain sebagainya. Ini menjadi ajang promosi wisata yang bagus bagi di Jawa Tengah," kata Cok Is, putri sulung dari dua bersaudara ini.
Menurutnya, kegiatan BIF sangat bagus untuk saling tukar kebudayaan dan informasi wisata masing-masing peserta. Di samping itu juga bisa menambah ilmu pengetahuan tentang pariwisata dan kesenian bagi masyarakat.
Betapa tidak, Cok Is menambahkan, di BIF kali ini banyak ditampilkan berbagai kesenian daerah di Indonesia bahkan luar negeri seperti China, Brunei Darussalam dan negara-negara lain. "Ini sangat luar biasa, di sini kita bisa saling mengenalkan kebudayaan masing-masing," tutur gadis yang pernah menjadi pemeran wanita terbaik Pekan Seni Remaja 2006 ini.
Cok sendiri mengaku pertama kali naik Candi Borobudur saat ia duduk di bangku kelas 5 Sekolah Dasar. Saat itu, dirinya begitu takjub dengan kemegahan candi Buddha terbesar di dunia itu. Pada pada masa itu manusia belum mengenal teknologi canggih. "Karena itu saya berharap, semua orang ikut merasa memiliki Candi Borobudur sebagai warisan budaya dengan cara ikut serta melestarikannya," ucapnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR