Provinsi DKI Jakarta mempunyai Kanal Banjir Timur (KBT) yang membentang dari Cipinang Besar Selatan ke arah timur, kemudian mulai berbelok ke arah utara setelah Malakasari. Dari kawasan Jakarta Timur, aliran kanal ini meretasi Jakarta Utara menuju Marunda, lalu bermuara ke Teluk Jakarta.
Panjangnya 23,5 kilometer. Sekitar separuh panjang kanal ini berimpit hingga bersinggungan dengan batas antara DKI Jakarta dan Jawa Barat. Kanal ini memotong dan menampung air dari lima sungai lalu mengalirkannya ke laut, juga mengelola aliran keluar lewat empat sungai.
Lima sungai yang berpotensi meluap saat hujan besar—juga meluapkan sampah adalah Cipinang, Sunter, Buaran, Jatikramat, dan Cakung. Harapannya, risiko banjir sebagian Jakarta Timur dan Jakarta Utara dapat dikurangi.
Untuk membangunnya, mulai 2003 hingga 2011, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menghabiskan Rp2,8 triliun untuk pembebasan lahan seluas 405 hektare. Sementara Kementerian Pekerjaan Umum membelanjakan Rp2,5 triliun untuk pekerjaan konstruksi.
(baca kisah lengkapnya di Megaselokan Megapolitan dalam NGI edisi Juli 2013)
Proyek megastruktur macam ini bukan hanya terjadi di Jakarta. Cina membangun penampungan air Three Gorges yang bobotnya bisa membuat poros Bumi miring mendekati satu inci.
Terowongan air terpanjang, yang memasok kebutuhan air New York City, memiliki panjang sekitar 165 kilometer dan menggelontorkan hingga sekitar 175 juta liter air per hari.
Bendungan Itaipú di Afrika Selatan menghabiskan biaya sekitar Rp180 triliun dan waktu 17 tahun untuk membangunnya. Proyek-proyek pembangunan bendungan telah membuat hingga 80 juta penduduk di seluruh penjuru dunia berpindah tempat tinggal.
Menara-menara air merupakan simbol cara kita merencanakan dan membangun struktur serta bangunan untuk mengelola sumber daya sangat vital ini.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR