Tiga negara ini menjadikan sejarah kekerasan di negaranya sebagai tujuan wisata utama. Bukan dikubur atau ditutupi dari rakyatnya, atau mata dunia.
Jika umumnya area turis identik dengan keindahan dan kenyamanan, kali ini di balik. Sejarah yang penuh noda darah, dosa, dan kekejian di masa lalu justru dikemas dan dijadikan daya tarik wisata tersendiri. Setidaknya ada tiga negara di kawasan Indochina, yakni Laos, Vietnam, dan Kamboja yang menawarkan suasana menyayat hati terkait sejarah kekerasan di negara-negara itu.
Kamboja
Ada dua lokasi kekerasan di masa lampau di negeri ini. Killing Field dan Genocida Museum. Killing Field letaknya di Desa Cheung Ek, 15 kilometer atau sekitar 30 menit perjalanan dari Ibu Kota Pnom Penh. Sarana transportasi yang bisa digunakan ke lokasi Killing Field adalah taksi atau pun tuk-tuk. Di kedua tempat ini terjadi penyiksaan yang dilakukan tentara Khmer atas perintah Polpot.
Di Killing Field masih tersisa kuburan massal dan penimbunan mayat pascapenyiksaan terhadap rakyat Kamboja yang membangkang kepada penguasa. Beberapa tempat dijadikan tempat penyimpanan tengkorak korban penyiksaan dan ada area tempat kuburan massal bagi korban perempuan dan anak–anak.
Tiket masuk Killing Field US$5, lengkap dengan rekaman petunjuk area yang kita lewati. Para turis diminta agar berjalan pelan dan tidak membuat kegaduhan, sebagai penghormatan kepada para korban yang masih tertimbun di sana.
Di dalam rekaman dijelaskan detil tentang area mana saja yang merupakan bagian dari sejarah kekerasan itu. Diperdengarkan pula suara rekaman asli lagu dan nyanyian tentara Khmer saat melakukan penyiksaan. Sungguh sangat menyayat hati...
Suasana angker masih sangat kental terasa di Genocida Museum yang mengutip tiket masuk sehargaUS$2. Bangunan beserta isinya juga tempat penyiksaan korban kekerasan rezim Polpot. Di dalam gedung megah ini, masih tersisa banyak alat–alat penyiksaan tradisional dan ruangan penjara tempat pengasingan para tahanan politik saat itu.
Vietnam
Kegigihan rakyat Vietnam melawan negara adidaya Amerika Serikat dapat dilihat oleh mata dunia di Chu Chi Tunnel. Museum itu mengabadikan cara rakyat Vietnam berjuang saat Perang Vietnam. Dengan menggunakan cara sederhana dan tradisional, terlihat kunci kemenangan rakyat Vietnam adalah semangat pantang mundur mempertahankan Tanah Airnya. Padahal, alat dan teknik yang digunakan terbilang tradisional sekali.
Misalnya, pembangunan tunnel atau terowongan bawah tanah yang sangat sempit dan gelap sebagai tempat persembunyian. Sulit dibayangkan, bagaimana mereka bisa bertahan hidup di terowongan macam itu. Adalagi, jebakan–jebakan kubangan tanah yang dibuat berlobang dengan pisau atau bambu runcing di bawahnya.
Chu Chi Tunnel terletak jauh sekitar 121 kilometer dari Ibu Kota Ho Chi Minh. Turis harus menggunakan taksi atau melalui agen perjalanan untuk sampai ke sana.
Laos
Tidak banyak yang tahu tentang Cope Centre di Vientiene, Laos. Tempat ini mulai dikenal setelah direkomendasikan Lonely Planet --buku panduan bagi pejalan. Cope Centre dibangun sebagai yayasan yang membantu korban jatuhnya bom dan alat ledak asal Amerika Serikat di kawasan Laos, sebagai imbas dari perang Vietnam.
Berdasarkan data Cope Centre, setidaknya ada 50.000 korban bom dan alat ledak yang tinggal di kawasan Laos, dan kebanyakan adalah laki–laki. Yayasan itu kemudian menyediakan pendidikan bagi para korban ledakan termasuk bantuan alat bantu seperti kaki dan tangan palsu, serta kursi roda.
Yayasan ini juga membangun pusat layanan dan informasi bagi masyarakat, termasuk turis, untuk melihat langsung dan mengenal lebih dekat Cope Centre Laos. Gedungnya yang terletak di Khou Vieng Road ini tidak jauh dari terminal bus dalam kota Vientiene dan Sungai Mekong. Cope Centre memamerkan berbagai hasil kegiatan yayasannya termasuk karya seni untuk mengenang para korban.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR