Pada 1960, sebuah bathyscaphe atau kapal selam berhasil membawa dua orang ke titik terdalam di Bumi. Saat itulah eksplorasi berawak ke kedalaman dimulai.
Pada 2010, kapal selam berawak yang memasuki Palung Mariana sedalam 10.912 meter—hingga kini masih tak tertandingi—membuat kopilot Don Walsh dan Jacques Richard memenangkan Hubbard Medal, penghargaan puncak penelitian dan penemuan National Geographic.
Walaupun kecil, pencapaian tersebut juga sebagai tonggak penting dalam masa eksplorasi samudra. Rahasia-rahasia di kedalaman muncul dari penelitian yang dilakukan jauh di bawah permukaan gelombang dan jauh di atasnya.
Ahli kelautan Walter Munks beranggapan, pemetaan permukaan laut oleh satelit TOPEX/Poseidon yang selama 13 tahun yang menunjukkan bagaimana arus memengaruhi iklim, adalah eksperimen laut tersukses sepanjang masa.
(Baca juga kisah tentang sutradara film Titanic James Cameron yang mengembara ke lokasi terdalam di dunia: Tantangan Laut Dalam)
Selanjutnya, apa yang akan diungkapkan ilmu kelautan pada abad mendatang? Helen Rozwadowski, seorang sejarawan kelautan, mengatakan bahwa meskipun banyak peneliti yang menganggap robot adalah inovasi selanjutnya dalam penemuan kelautan, beberapa idealis masih menggunakan eksplorasi laut dengan teknologi Sealab.
Yang pasti, kepedulian terhadap lingkungan mungkin akan memengaruhi masa depan ekplorasi samudera. “Kecuali jika para pemimpi itu menarik perhatian kita kembali,” ujarnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR