Pada kegiatan memperingati hari kemerdekaan ini, putri dan rombongannya berjalan dari Jalan KH Hasyim Ashari sejak 13.00 WIB. Kegiatan inisiatif kolektif ini berjalan sambil memutarkan musik lewat pengeras suara dari berbagai genre dengan lirik bertajuk semangat perjuangan.
Sesekali, salah satu kawannya bersuara mengajak warga setempat yang membutuhkan untuk mengambil makanan, minuman, dan masker yang tersedia.
"Bagi yang lapar, silahkan merapat dan mengambil secukupnya. Rakyat bantu rakyat!" seru seseorang di atas pikap melalui pengeras suara.
"Pak! silahkan ambil, Pak," seru Putri seraya pengemudi ojek daring mendekat dari belakang. Putri memberikannya langsung dari atas pikap sambil berjalan beriringan. Pengemudi ojek itu segera melaju setelah mengangkat jempol sebagai ucapan terima kasih.
Selain dari pikap, beberapa motor rombongan menepi sejenak untuk membagikan makanan. Sasaran utama mereka adalah pekerja jalanan yang memang membutuhkan seperti ojek daring, supir angkot, dan pembersih jalanan.
Baca Juga: Pelonggaran PPKM Darurat Perlu Mengkaji Banyak Aspek, Kepatuhan Masyarakat Punya Peran Penting
Pikap itu sendiri disewa oleh Putri bersama teman-temannya. Mereka juga memberikan spanduk di bagian belakangnya bertulis "Razia Perut Lapar" dan "Bukan Satpol-PP" di sisi kanan. Kegiatan ini juga sudah mereka sebar lewat sosial media dengan nama Pasar Gratis Kota Tangerang.
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) merupakan kebijakan untuk mengendalikan kasus pagebluk COVID-19 oleh pemerintah. Kebijakan diberlakukan sejak 11 Januari lalu, dan berangsur diperpanjang hingga saat ini, dengan tingkat pengetatan yang bertambah.
Pembatasan pergerakan akibat PPKM berdampak pada minimnya pemasukan kalangan masyarakat menengah kebawah. Meski beberapa dana bantuan sosial seperti BLT Dana Desa, kartu sembako, dan sejenisnya digadangkan sejak pemberlakuak PPKM, banyak yang belum mendapatkannya.
Melansir Kantor Berita Radio, Pengamat Kebijakan Publik Turbus Rahadriansyah mengatakan, bantuan kepada masyarakat miskin tersendat karena data yang carut marut hingga koordinasi pemerintah yang lemah.
Jadi itu persoalannya satu, soal datanya sendiri itu kelihatannya tidak akurat banyak tidak bisa dijalankan, tumpang tindih," kata Trubus pada 19 Juli lalu.
Baca Juga: Inspirasi Bijak dari Pulau Dewata untuk Kebaikan Lingkungan
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR