Abdul Ashari, salah satu anggota Pasar Gratis Kota Tangerang mengatakan, "kegiatan ini tidak ada strukturnya, tidak ada yang menjadi ketua dalam kegiatan kami. Semua muncul karena inisiatif sendiri-sendiri yang memiliki keresahan yang sama. Jadi dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat."
"Jadi kegiatan ini bukan cuma dilakukan mahasiswa, ada yang bukan. Kami kolektif dari berbagai kumpulan dan individu," ungkapnya. "Bahkan selain ini, kami kan 'pasar gratis' itu juga melakukan lapak secara gratis. Mulai dari baju-baju yang bisa diambil, atau baca buku di tempat yang disiapin dari kelompok yang menyediakan buku-buku."
Sebuah gerakan yang tidak berstruktur ini mengingatkan saya pada paham anarkisme. Paham ini banyak dicetuskan oleh banyak filsuf dari paham Taoisme hingga temporer seperti Mikhail Bakunin dan Peter Kropotkin.
Jesse Cohn, rekan profesor di Purdue University Northwest, lewat The International Encyclopedia of Revolution and Protest (2009) ia memaparkan bahwa paham anarkisme yakin bahwa masyarakat dapat hidup dengan saling membantu.
"Kata itu (anarkisme) juga berfungsi untuk menyebut tujuan gerakan--kebebasan substanstif dan universal, kadang disebut 'anarki'--yang elemen-elemennya dapat ditemukan di tiap masyarkat yang pernah ada, terutama di antara orang-orang yang hidup tana kepemilikan pribadi dan campur tangan negara," tulis Cohn.
Paham anarki juga dimiliki oleh beberapa kebudayaan masyarakat asli Nusantara. Salah satu contohnya adalah Sedulur Sikep di Blora, seperti yang pernah dipaparkan Harry J Benda dan L Castles dari University of Leiden dalam Journal of the Humanities and Socieal Sciences of Southeast Asia and Oceania (1968).
Baca Juga: Ajaran Saminisme, Ketika Anarkisme 'Kawin' dengan Paham Kejawen
Ketika saya tanyakan hubungan paham ini dalam gerakan pasar gratis, Ashari terkekeh, "Kami tidak mengadopsi filosofi itu, Mas. Mungkin beberapa dari kami atau di daerah lain banyak yang mengadopsi paham itu. Tapi intinya bagaimana untuk tergerak atas solidaritas sebagai rakyat."
"Pasar Gratis ini bukan cuma milik kami, ini milik bersama. Rakyat. Siapapun bisa—dan kami sangat berharap kalau kegiatan ini diadakan oleh orang lain. Kalau mau mengadakan, silahkan adakan saja, kita bakal bantu di Instagram saja," ujarnya sambil beristirahat setelah kegiatan usai di sebuah ruko daerah Cipondoh.
Di Tangerang Raya, ada tiga kegiatan pasar gratis berdasarkan daerahnya, yakni Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan. Terkadang, mereka mengadakan kegiatannya bersama-sama seperti melapak serentak, atau bergabung dalam satu kegiatan di daerah lain.
"Berbagi itu tidak akan membuat kita capek. Rasanya, kalau melihat orang bahagia, walaupun yang kami kasih cuma sedikit, kita juga ikutan bahagia," pungkas Ashari.
Baca Juga: Selamat! Indonesia Terpilih Menjadi Negara Paling Dermawan di Dunia
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR