Nationalgeographic.co.id—Penemuan menarik sekaligus mencengangkan kembali didapat dari kota kuno Pompeii. Kali ini, para arkeolog menemukan kerangka manusia yang sebagian termumifikasi.
Rangka manusia ini berada dalam makam di area pemakaman Porta Sarno. Berdasarkan prasasti makam, diketahui bahwa yang terbaring di dalamnya adalah Marcus Venerius Secundio. Dia adalah mantan budak yang berhasil meningkatkan statusnya dalam strata sosial.
Dilansir dari The Guardian, makam tersebut diyakini berasal dari beberapa dekade sebelum kota kuno Pompeii luluh lantak karena letusan Gunung Vesuvius tahun 79 Masehi. Para arkeolog mengatakan bahwa temuan ini tidak biasa sebab biasanya selama zaman Romawi orang dewasa yang meninggal dikremasi.
Rangka Marcus Venerius Secundio disebut sebagai temuan kerangka manusia terbaik yang pernah ditemukan di Pompeii. Sebutan ini disematkan karena pada tengkoraknya masih terlihat sedikit rambut putih dan sebagian telinga.
Tes awal menunjukkan Marcus Venerius Secundio meninggal dunia pada usia sekitar 60 tahun. Selain rangka Marcus Venerius Secundio, juga didapati sebuah guci kaca di dalam makam. Pada guci tersebut tertulis nama Novia Amabilis, diduga dia adalah istri dari Secundio.
“Pompeii tidak pernah berhenti memukau,” ujar Menteri Kebudayaan Italia, Dario Fraceschini kepada The Guardian.
Mengenal dalam mengenai sosok Marcus Venerius Secundio, dulunya dia adalah seorang budak. Dikutip dari The Associated Press, setelahnya Marcus Venerius Secundio membantu mengatur pertunjukkan dalam bahasa Yunani di Pompeii. Informasi tersebut didapat dari prasasti makam.
Baca Juga: Dahsyatnya Letusan Vesuvius, Hanya Butuh 15 Menit Musnahkan Pompeii
Para ahli mengatakan, hal itu menjadi bukti konkret pertama bahwa bahasa Yunani, bahasa yang digunakan di kawasan Mediterania digunakan bersama bahasa Latin.
“Penyelenggaraan pertunjukan dalam bahasa Yunani adalah bukti dari iklim budaya yang terbuka dan hidup menjadi ciri Pompeii kuno," kata direktur Taman Arkeologi Pompeii, Gabriel Zuchtriegel dalam pernyataannya tentang penemuan tersebut.
Gabriel Zuchtriegel mengatakan kalau Marcus Venerius mampu mencari nafkah untuk dirinya sendiri setelah bebas dari perbudakan. Apalagi jika melihat ukuran makamnya yang terbilang besar, yakni 1,6x2,4 meter.
“Dia tidak menjadi sangat kaya, tetapi tentu saja dia mencapai tingkat kekayaan yang cukup besar,” kata Gabriel Zuchtriegel dalam wawancaranya dengan The Associated Press.
Baca Juga: Lukisan Erotis Ratu Leda dan Angsa Ditemukan di Reruntuhan Pompeii
Sementara itu, mengutip laman situs Pompeii Sites, sosok dari Marcus Venerius Secundio ini pernah disebutkan dalam arsip wax table seorang bankir bernama Cecilius Giocondus. Diinformasikan kalau Marcus Venerius Secundio tidak hanya menjadi budak tapi juga penjaga Kuil Venus.
Lebih lanjut, Profesor Llorenç Alapont dari Universitas Valencia mengatakan bahwa pihaknya masih perlu mencari tahu apakah bagian yang termumifikasi itu disengaja atau tidak. Untuk mengetahui hal itu akan dilakukan analisis pada kain, sebab proses pembalsaman menggunakan jenis kain tertentu seperti asbestos.
Baca Juga: Restoran Berusia 2.000 Tahun di Pompeii dibuka 12 Agustus 2021
Temuan di area pemakaman Porta Sarno ini dipindahkan ke Laboratoty of Applied Research di situs Pompeii untuk dilakukan analisis dan konservasi. Disaat yang bersamaan taman arkeologi telah memulai serangkaian perawatan di pemakaman Porta Sarno. Area pemakaman saat ini tidak dibuka untuk umum karena lokasinya di luar jalur kereta Circumvesuviana.
Kota kuno Pompeii hancur tepat di siang hari karena letusan Gunung Vesuvius pada tahun 79 M. Kala itu, kota ini memiliki jumlah penduduk antara 10 ribu hingga 20 ribu jiwa. Serpihan abu dan material vulkanik menutupi kota hingga tebalnya mencapai tiga meter. Adapun peninggalan kota kuno Pompeii pertama kali ditemukan oleh seorang arsitek bernama Domenico Fontana, akhir abad ke 16.
Baca Juga: Penemuan Jasad Kuda Ungkap Sejarah di Pompeii 2.000 Tahun Lalu
Source | : | The Associated Press,The Guardian,Pompeii Sites |
Penulis | : | Maria Gabrielle |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR