Bila merasa masih punya cukup energi menyelusuri kawasan Tanah Abang, wisata bisa dilanjutkan lebih jauh lagi dengan mengunjungi tempat-tempat berikut:
Museum Taman Prasasti di Jalan Tanah Abang I No 1. Bila jalan kaki dirasakan terlalu jauh, gunakan angkutan kota Mikrolet M08 dari pasar Tanah Abang atau kendaraan lainnya.
Tujuan wisata satu ini merupakan museum ruang terbuka (open air museum) yang dulu digunakan bangsa Belanda sebagai tempat pemakaman, mulai tahun 1795, dan ditutup setelah masa kemerdekaan Indonesia pada tahun 1975.
Masyarakat setempat menyebutnya sebagai Kebon Jahe Kober. Gubernur DKI Jaya masa itu, Ali Sadikin meresmikannya sebagai museum pada 19 Juli 1977.
Beberapa koleksi nisan terkenal di antaranya Olivia Mariamne Raffles (istri Sir Stamford Raffles, pendiri Singapura), Pieter Erberveld yang dituduh akan mengadakan aksi pemberontakan terhadap “kumpeni” hingga diarak dan diseret kuda di Kampung Pecah Kulit (Jakarta Barat), Miss Riboet (aktris masa lalu) sampai Soe Hok Gie (tokoh mahasiswa dan pergerakan nasional serta penulis buku, salah satunya Catatan Seorang Demonstran).
Sempatkan pula untuk menyambangi sanggar dan kediaman Teguh Karya (Jalan Kebon Pala I No 295). Merupakan sanggar seni milik sineas legendaris Indonesia dan peraih sutradara terbaik FFI 4 kali, Teguh Karya.
Akrab disapa Bung Steve, ia jadikan rumahnya yang asri sebagai sanggar Teater Populer (berdiri 1968). Dari sanggar itu, ia telah melahirkan banyak aktor dan aktris ternama Tanah Air sekaligus karya seni panggung dan film.
Setelah meninggal, jasadnya dikremasi dan disimpan di sini. Kediamannya tetap menjadi sanggar hingga kini dan sesekali digunakan sebagai lokasi syuting.
Museum Tekstil (Jalan KS Tubun No. 4, 021-5606613). Terbilang titik terluar dari wisata jalan kaki keliling Tanah Abang. Bisa menggunakan angkutan umum dari Pasar Blok A Tanah Abang menuju Jati Baru.
Berlokasi di sebuah rumah kolonial, memamerkan aneka kain tradisional kekayaan budaya Indonesia termasuk yang berusia tua, seperti umbul-umbul Cirebon buatan tahun 1700-an, kain Gringsing (Bali) sampai aneka batik dari Solo, Jogja, dan berbagai daerah di Tanah Air. Juga tersedia kepustakaan lengkap soal kain-kain Nusantara.
Baca sebelumnya: Jalan Kaki ke Tenabang (I)
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR