Perjalanan Tim Ekspedisi Sriwijaya National Geographic Indonesia di hari pertama adalah bertandang ke situs arkeologi Batujaya. Lokasi ini ditempuh tidak kurang dari tiga jam mengingat letaknya terbilang jauh dari Ibu Kota, ditambah padatnya lalu lintas setempat.
Kami disambut oleh Abdurahman, Juru Pelihara Situs Lempeng. Penyedotan air tengah dilakukan di Candi Jiwa, salah satu kompleks percandian yang berada di sini. "Setiap beberapa hari sekali, parit candi ini mesti dikuras karena letaknya berada di bawah permukaan tanah dan terjadi peresapan air sawah," ungkapnya. "Cara mengeluarkannya dengan cara dipompa."
Beberapa titik temuan arkeologi di sini setelah Candi Jiwa dan Blandongan, antara lain adalah Sumur, Lempeng, Telaga Jaya 1A dan 1B. "Tempat-tempat ini memiliki hubungan dengan Kerajaan Tarumanegara dan Sriwijaya," imbuh Abdurahman.
Luas total kompleks percandian Batujaya tidak kurang dari lima kilometer persegi. Kondisinya yang dekat dengan laut--terdapat tempat wisata Pantai Pakis, tidak jauh dari sini--membuat kondisi bangunan percandian lebih rentan.
Harapannya, dengan dilakukan proses pemugaran serta perlindungan terhadap situs Batujaya, kelak akan terkumpul informasi lebih detail soal tempat peribadatan pemeluk Buddha ini.
National Geographic Indonesia (NGI) mengadakan Ekspedisi Sriwijaya, sekaligus menandai ulang tahun ke-125 dari National Geographic Society. Tahapan Ekspedisi Sriwijaya saat ini adalah menjelajah beberapa destinasi di Jawa, antara lain Rengasdengklok, Pekalongan, Muntilan, dan Yogyakarta berkait dengan peninggalan Buddha.
Penjelajahan bermobil di Pulau Jawa yang dilakukan tim Ekspedisi Sriwijaya menempuh jarak tidak kurang dari 1.200 kilometer. Harapannya dapat mengumpulkan fakta penting di lapangan yang memberikan tambahan wawasan ilmu pengetahuan dan budaya bagi para pembaca serta seluruh awak NGI dan National Geographic Traveler (NGT).
Simak juga: Pembelajaran Etika dari Situs Budaya
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR