Gabungan tiga peneliti dari University of Nevada, Amerika Serikat, menemukan bahwa fosfat dalam mineral di planet Mars lebih mudah larut dibanding fosfat yang ditemukan di Bumi. Ketiga peneliti ini menggambarkan bagaimana mereka menyintesiskan mineral dari Mars dan mengujinya untuk larut di dalam air untuk kemudian melepaskan fosfat.
Hasil ini dibandingkan dengan fosfat yang ditemukan dari planet kita. Pengujian ini dilaporkan dalam jurnal Nature Geoscience.
Fosfat diketahui sebagai tulang punggung dari asam deoksiribonukleat (DNA). Juga bagian penting bagi sel molukel yang digunakan untuk energi dan membran. Mars kaya akan fosfat, sekitar lima hingga sepuluh kali lebih banyak dari Bumi. Ini menunjukkan bahan kehidupan lebih berlimpah di awal pembentukan Mars dibandingkan saat Bumi baru terbentuk.
Studi ini berdasarkan analisa meteorit dari Mars yang jatuh ke Bumi. Ditambah penelitian hasil jelajah robot milik NASA, Spirit dan Opportunity.
Namun, studi ini juga kembali menggoncang perdebatan mengenai apakah dulunya ada kehidupan di Mars, atau mungkin kehidupan itu masih ada hingga saat ini.
"Satu rintangan munculnya kehidupan di Bumi adalah jumlah fosfat yang terbatas dalam suatu lingkungan. Studi kami menyimpulkan rintangan macam itu tidak signifikan jika melihat kemungkinan munculnya kehidupan di Mars," kata pakar geokimia planet, Christopher Adcock, satu dari tiga peneliti yang terlibat dalam penelitian ini, dilansir Minggu (1/9).
Studi ini juga menunjukkan bagaimana pelepasan fosfat saat interaksi antara air dan batuan di Mars 45 kali lebih cepat dari pada di Bumi. Secara keseluruhan, konsentrasi fosfat di lingkungan basah di Mars, jumlahnya dua kali lebih banyak dibanding di planet yang kita huni.
Tapi ditegaskan oleh Adcock bahwa ia dan timnya bukannya menemukan kehidupan di Mars. Melainkan mereka menemukan bahwa potensi rintangan untuk munculnya kehidupan di Bumi, ternyata bukan suatu masalah sama sekali di Mars.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR