Keanekaragaman tumbuhan serat di Indonesia berpotensi dikembangkan menjadi bahan sandang. Pengembangan tersebut akan dapat menjaga tradisi kain kulit kayu Nusantara pula. Serta meningkatkan nilai ekonomi demi kesejahteraan rakyat.
Di samping untuk dijadikan kain kulit kayu, serat tanaman pun bisa dimanfaatkan sebagai bahan tali-temali, kerajinan, atap rumah, bahan pembungkus, sampai bahan pembuat kertas.
"Indonesia miliki setidaknya 40.000 jenis tumbuhan serat. Dari jumlah itu, tercatat 290 jenis tumbuhan yang merupakan penghasil serat. Tujuh puluh dua di antaranya menghasilkan serat utama, 128 menghasilkan serat sekunder. Upaya pengembangan serat sangat dimungkinan," kata peneliti etnobotani Mulyati Rahayu dalam Seminar Pelestarian dan Pengembangan Tradisi Kain Kulit Kayu di Indonesia, pada Kamis (5/9) di Museum Tekstil Jakarta.
Kain yang dibuat dari kulit kayu berkembang di Indonesia sejak setidaknya 4.000 tahun lalu. Data-data temuan arkeologis mengungkap, penggunaan kain kulit kayu di Nusantara beranjak dari Sulawesi kemudian tersebar ke daerah-daerah lain.
Komunitas masyarakat Lembah Bada, Sulawesi Tengah, telah membuat kain kayu selama ribuan tahun. Di sini ditemukan bukti etnografis berupa alat batu pemukul kain kayu, disebut ike, yang digunakan dalam proses pembuatannya.
Namun demikian, tradisi ini berada di ambang kepunahan. Menurut peneliti sekaligus konservator kertas asal Jepang Isamu Sakamoto, saat ini tradisi pembuatan kain kayu, yang berusia sekitar 4.000 tahun itu, terancam punah karena hanya dilakukan generasi tua.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR