Korean-Pop (K-Pop) ternyata termasuk baru jika dibandingkan dengan peninggalan kebudayaannya yang satu ini; astronomi. Salah satu warisan budaya dunia di Korea Selatan yang berhubungan dengan astronomi adalah Monumen Observatorium Cheomseongdae.
Akan tetapi warisan astronomi Korea tidaklah hanya satu bangunan itu, ada banyak sekali peninggalan astronominya yang telah dicatat dicatat dan dipelajari. Demikian hasil pemaparan dalam Astro Party 2013 yang berlangsung pada 22 Juli lalu.
Acara yang dilaksanakan oleh Himpunan Astronomi Amatir Jakarta (HAAJ) bekerja sama dengan Pusat Kebudayaan Korea tema “Asian Astronomical Heritage”. Catatan sejarah astronomi Korea telah ditemukan semenjak abad ke-7, kala Kerajaan Sila menyatukan Korea dan membangun kerjasama yang kuat dengan kerajaan Cina.
Pada masa tersebut, pengaruh Buddha sangat kuat tumbuh, demikian juga seni dan ilmu pengetahuan. Hingga membangun peradaban Korea sampai beratus tahun kemudian. Peran ajaran Buddha sangat mempengaruhi pertumbuhan aspek astronomi dalam kehidupan masyarakatnya, seperti apresiasi pada Big Dipper, yang dirayakan sebagai upacara Chilseong-je, sebagai persembahan kepada Dewa 7 Bintang.
Aktivitas astronomi di Korea juga banyak mencatat fenomena-fenomena transien seperti supernovae, gerhana, komet, dan hujan meteor. Bahkan ahli astronomi Korea telah melakukan pencatatan aktivitas Matahari berupa bintik mempergunakan pengamatan tanpa teleskop, pada sekitar abad ke-12. Walaupun model pengukurannya tidaklah seakurat astronomi saat ini, kegiatan astronomi tersebut telah melampaui zamannya!
Apabila astronomi di dunia mengenal Gallileo Galilei sebagai tokoh astronomi, demikian juga di Korea. Ada seorang tokoh yang berperan penting pada pengembangan ilmu pengetahuan pada masa pemerintahan Raja Sejong (sekitar abad ke-15). Tokoh tersebut adalah Jang Yeong Sil, yang memelopori pengembangan jam astronomi, Sun-dial, clepsydra, serta peralatan-peralatan teknologi canggih bagi kemajuan Korea pada masanya.
Warisan lain astronomi Korea yang dipaparkan dalam Astro Party 2013 ini antara lain:
1.Peta Bintang Cheonsang Yeolcha Bunyajido yang ditatah pada batu, dibuat pada akhir abad ke 14 pada masa pemerintahan Raja Taejo. Saat ini, peta bintang tersebut disimpan pada Museum Istana Nasional Korea.
Sebagai sebuah peta bintang, Cheonsang Yeolcha Bunyajido dapat dikatakan cukup canggih, bahkan dibandingkan dengan peta bintang masa kini, berukuran 122.5 x 211 x 12 senrimeter. Tatahan tersebut memperlihatkan bintang-bintang dan konstelasi, lengkap dengan namanya, garis-garis ekuator dan ekliptikan, serta 365 skala putar, arah Utara yang telah ditentukan, serta bintang Polaris di tengah peta.
2. Jam air Striking Palace Clepsydra/Jagyekgungnoo adalah hasil pengembangan Jang Yeong Sil, sebuah sistem penunjuk waktu yang digerakkan oleh air. Akan tetapi, berbeda dengan penunjuk waktu yang kita pahami saat ini, yaitu mempergunakan jarum jam, atau angka digital, jam pada masa tersebut mempergunakan boneka-boneka mekanik yang akan membunyikan bel dan gong pada saat-saat tertentu.
Saat-saat itu disesuaikan dengan pergerakan benda-benda langit secara akurat sepanjang saat untuk setiap tahun. Sehingga penentuan waktu pada masa itu sangat bergantung pada pemahaman astronomi. Sebagai sebuah mesin yang memegang kunci dalam sejarah pembuatan jam, dibuat pada masa pemerintahan wangsa Joseon, berhak disebut sebagai mesin penjaga waktu pertama dalam sejarah Korea.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR