Tersebutlah Firaun, seorang raja dan penguasa Mesir kuno dengan lambang jangka yang berarti Tuhan sang pencipta alam semesta. Dalam kitab Kejadian 41: 5-6 dikisahkan tentang Firaun yang bermimpi, “Setelah itu tertidur pulalah ia dan bermimpi kedua kalinya: Tampak timbul dari satu tangkai tujuh bulir gandum yang bernas dan baik. Tetapi, kemudian tampaklah juga tumbuh tujuh bulir gandum yang kurus dan layu oleh angin timur.”
Singkat cerita, Yusuf menafsirkan mimpi Firaun. Menurut tafsirannya bahwa akan terjadi tujuh tahun kelimpahan di Mesir. Kemudian akan timbul pula tujuh tahun kelaparan yang kelak menguruskeringkan negeri itu.
Dalam mosaik porselen itu, bulir gandum digambarkan dengan biji-bijian berwarna ungu. Tujuh bulir gandum di sisi kanan dengan jam pasir yang masih mengucur menggambarkan tujuh tahun kelimpahan. Sementara, tujuh bulir gandum di sisi kanan dengan jam pasir yang berhenti menggambarkan keadaan paceklik selama tujuh tahun.
Kembali ke kisah Alkitab. Yusuf pun menyarankan Firaun untuk mengumpulkan segala bahan makanan dan gandum, serta menyimpannya pada tujuh tahun masa berkelimpahan.
Demikianlah, mereka menyimpan bahan makanan tersebut untuk mempersiapkan tujuh tahun masa kelaparan yang akan datang.
Ini berarti sebuah pesan bagi kita. Ketika kita memiliki kekayaan dan sumber daya berlimpah, lebih baik jika kita menyisihkannya untuk disimpan atau ditabung ketimbang menghabiskan semuanya. Karena masa depan penuh ketidakpastian, kita harus mempersiapkannya dengan menyimpan daya beli untuk hari besok. Selain itu, mosaik tersebut seolah mengatakan kepada kita bahwa kita harus melindungi kekayaan dan kehidupan kita dengan asuransi—karena ketidakpastian di masa depan.
Sementara itu, simbol “ibu dan anak” dalam mosaik porselen tersebut juga melambangkan sifat keibuan. Seorang ibu akan memberikan ketulusan dan memelihara keamanan, perlindungan, cinta, kasih sayang dalam tumbuh kembang anaknya.
Demikianlah tujuan "Algemeene Maatschappij van Levensverzekering en Lijfrente" yang membujuk orang-orang untuk membeli produk asuransi jiwa dan tunjangan hari tua untuk berjaga-jaga. Perusahaan ini tampaknya juga menawarkan keamanan dan perlindungan aset bak kehangatan dan kasih seorang ibu kepada anak-anaknya.
Lalu, angka “1880” yang diapit jam pasir dalam mosaik merupakan tahun pendirian perusahaan tersebut yang beroperasi pada 1 Januari 1880 di Amsterdam, Belanda. Sedangkan, “Rozenburg” dalam mosaik itu merupakan pabrik porselen di Den Haag yang mengolah desain karya sang seniman.
Siapakah seniman yang mendesain mosaik porselen itu?
Dia adalah Jan Toorop, seorang pelukis bergaya pointillisme, simbolisme, dan art-nouveau. Dia berdarah Jawa-Belanda yang lahir di Purworejo, Jawa Tengah pada 20 Desember 1858. Ayahnya seorang Jawa-Belanda yang menikahi perempuan berdarah Inggris. Seniman yang religius ini wafat pada 3 Maret 1928 di Den Haag, Belanda.
Penulis | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Editor | : | Silvita Agmasari |
KOMENTAR