Indonesia miliki luasan kawasan karst 5,4 juta hektare yang membentang di seluruh Nusantara. Sayangnya, belum banyak pihak yang sadar akan potensi yang dimiliki kawasan karst.
Penyebab utama yaitu faktor ekonomi. Ada pula kesalahan persepsi dan penafsiran masyarakat secara umum akan fungsi kawasan karst, karena minimnya pengetahuan dan keterbatasan informasi.
Karst, secara keseluruhan, memiliki banyak manfaat menyediakan barang dan jasa ekologi (ecological service) yang penting bagi ekosistem dan manusia. Namun ekosistem gua karst pun sangat rentan. Sebab dipengaruhi oleh suhu, kelembaban dan kegelapan yang memberikan fungsi ekologis berupa beragam fauna gua yang unik dan sebagian endemik.
Maka kegiatan caving atau penelusuran gua juga tidak bisa sembarangan. Sebaliknya, perlu didukung dengan pemahaman yang cukup mengenai sifat dan struktur batu gamping, jaring-jaring makanan dalam gua, serta hidrologi karst, agar meminimalisasi risiko kecelakaan dalam gua dan juga degradasi sumber daya gua yang tidak terbaharui (non-renewable) ini.
Ini membuat seorang penelusur gua "dituntut" untuk tidak hanya melihat caving sebuah tantangan fisik saja. Namun harus memahami nilai ilmiah yang terkandung di dalam gua (endokarst) dan luar gua (eksokarst).
Oleh karena itu, segenap masyarakat perlu diberikan pemahaman dan kapasitas keilmuan seputar eksplorasi ilmiah karst di Indonesia.
Perkumpulan Mahasiswa Pecinta Alam Institut Pertanian Bogor atau dikenal sebagai Lawalata-IPB, sebagai motor penggerak di bidang lingkungan coba mengejawantahkan langkah tersebut melalui rangkaian acara semacam seminar dan training dalam Scientific Karst Exploration (SKE) ke–2, yang digelar 18 - 21 September mendatang. Tema yang diusung adalah “Eksplorasi Ilmiah untuk Masa Depan Karst Indonesia”, akan dipaparkan berbagai wawasan mengenai sisi ilmiah caving.
Harapan dari kegiatan ini adalah setiap peserta mampu menerapkan nilai-nilai keilmuan ketika melakukan kegiatan di karst, serta mampu mempublikasi hasil penelitian sehingga memperkaya sains, data, permasalahan karst dan pada akhirnya mampu melestarikan, mengembangkan potensi karst di daerah masing-masing.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR