Menyebut Benua Afrika, hal yang terbayang adalah kehidupan yang keras. Ini tidak salah. Harus diakui, taraf hidup di sana termasuk rendah dibanding benua lain. Namun, gambaran sebaliknya muncul jika menyebut Afrika dikaitkan dengan sepak bola. Benua ini dipandang sebagai lahan subur penghasil para pemain berbakat.
Di mata sepak bola, Afrika bagai sinar terang. Tak terhitung berapa banyak pemain asal Benua Hitam yang sanggup menuai sukses di atas lapangan hijau. Ambil contoh di Premier League pada musim ini. Nama-nama bintang Afrika populer seperti Samuel Eto’o (Chelsea) dan Yaya Toure (Manchester City) masih eksis.
Di liga lain tidak jauh berbeda. Musim ini, Alex Song yang berasal dari Kamerun bisa memperkuat klub sekelas Barcelona. Sedangkan pemain Ghana, Sulley Muntari membela AC Milan.
Jika nama-nama pemain asal Afrika lain yang bermain di liga elite Eropa diurutkan, daftarnya akan sangat panjang. Pasalnya, pemain asal Afrika sudah memiliki reputasi tersendiri sehingga laris diminati oleh klub-klub ternama Eropa.
Mereka dikenal memiliki fisik kuat serta mempunyai bakat alam yang luar biasa. Terkait kemampuan tersebut, para pesepak bola asal Afrika seharusnya bersyukur karena rata-rata pernah terlilit kemiskinan.
Lebih sering berlatih
Mereka membuktikan bahwa memang benar ada hikmah dalam segala hal. Ini juga berlaku dalam kehidupan keras yang dialami orang-orang Afrika. Kesusahan hidup yang mereka rasakan malah sangat membantu perkembangan menjadi seorang pesepak bola andal. Rahasianya terletak dalam ujar-ujar; makin sering berlatih, semakin piawailah seseorang segala sesuatu.
Kemiskinan membuat orang-orang di Benua Afrika hidup dalam keterbatasan. Anak-anak tidak bisa memiliki beragam mainan yang diidamkan. Sebagai contoh, mereka tidak bisa terus-terusan di rumah untuk menonton televisi ataupun bermain Playstation. Kondisi ini memaksa mereka bermain di luar rumah.
Apa permainan yang menjadi pilihan? Sepak bola yang hanya membutuhkan sebuah bola agar bisa dimainkan menjadi yang terdepan. Memainkannya tidak membutuhkan biaya mahal sehingga anak-anak Afrika yang miskin bisa bermain.
Kegiatan ini terus-menerus dilakukan setiap saat dari pagi hingga petang. Maklum, tidak ada pilihan permainan lain.
Secara tidak sadar, aktivitas ini mengasah kemampuan bermain sepak bola anak-anak Afrika. Striker Aston Villa asal Belgia yang lahir di Republik Demokratik Kongo, Christian Benteke, mengakui betapa pentingnya permainan sepak bola di jalanan bagi kemampuannya.
“Saya mengembangkan kemampuan sepak bola di jalanan. Saya bermain bersama teman-temanku pada malam hari. Itu terasa lebih menyenangkan. Saya pikir banyak pelajaran dan keterampilan olah bola yang bisa dipelajari dari jalanan. Selain itu, kebersamaan pun sangat terasa,” ucap Benteke.
Mantan manajer Manchester United, Sir Alex Ferguson, mengamini. Dia malah menyebut itu sebagai rahasia bakat-bakat berlimpah yang biasanya dimiliki Afrika.
Menurut Ferguson, para pemain asal Benua Hitam memiliki skill tinggi karena lebih sering berlatih menggunakan bola. Kegiatan itu mereka lakukan secara tidak sadar sembari bermain.
“Menyebut pemain berbakat alam berarti berbicara mengenai pemain asal Afrika atau Amerika Selatan. Anak-anak di sana memiliki kesempatan untuk membentuk ‘fondasi’ bermain mereka,” kata Ferguson.
Kemiskinan bukan halangan untuk meraih sukses. Setidaknya bagi anak-anak Afrika yang ingin menjadi pesepak bola untuk memperbaiki taraf hidup.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR