Belasan kertas putih dengan satu sosok berwarna di tiap kertasnya menghiasi sebuah papan di Kebun Binatang Frankfurt, Jerman. Satu sosok berwarna-warni itu memiliki tampilan unik, tapi semuanya mempunyai kesamaan: cula di bagian hidung.
Ya, inilah agenda yang digelar Kebun Binatang Frankfurt untuk memperingati Hari Badak Sedunia pada Minggu (22/9) akhir pekan lalu. Keriaan ini ditambah dengan sharing pengetahuan mengenai program pelestarian badak yang dilakukan pihak kebun binatang di Zimbabwe, Zambi, dan Tanzania --kesemuanya di Afrika.
Indonesia, sebagai salah satu negara yang dihuni badak, melakukan kegiatan nyaris sama yakni kegiatan edukasi konservasi bagi anak-anak Sekolah Dasar. Aktivitas dilakukan langsung di Kantor Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) Labuan Pandeglang, Provinsi Banten, Sabtu (21/9). Acara dihadiri oleh lebih dari 150 anak sekolah dasar, guru, dan mitra kerja Balai TNUK yang selama ini mendukung upaya penyelamatan badak jawa.
Badak jawa (Rhinoceros sondaicus), dengan jumlah populasi sekitar 51 individu dan hanya berada pada satu habitat di Taman Nasional Ujung Kulon Provinsi Banten, merupakan spesies paling langka di antara lima spesies badak yang ada di dunia saat ini.
(Lihat juga: Pemerhati dan Pelestari Peringati Hari Badak Sedunia)
Berdasarkan Red List Data Book yang dikeluarkan oleh IUCN, badak jawa dikategorikan sebagai critically endangered. Sedangkan Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna (CITES) memasukkan badak jawa dalam Appendix I sebagai jenis yang jumlahnya sangat sedikit di alam dan dikhawatirkan akan punah.
Pada kesempatan tersebut, Moh. Haryono, Kepala Balai TNUK, dalam rilis yang diterima National Geographic Indonesia, menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam upaya penyelamatan badak jawa di Taman Nasional Ujung Kulon.
Menurut Haryono, edukasi konservasi bagi kalangan pelajar sekolah dasar merupakan investasi jangka panjang untuk menumbuh-kembangkan kecintaan dan kebanggaan generasi penerus terhadap satwa langka tersebut. Konservasi badak jawa hanyalah ikon, dalam konteks yang lebih luas dan universal bahwa manusia harus menjaga dan memelihara lingkungannya.
(Baca juga: Malaysia Mungkin Pinjamkan Badak Sumatra ke Indonesia)
Keterlibatan public figure
Untuk memudahkan sosialisasi program konservasi badak jawa kepada masyarakat luas, hadir Desy Ratnasari --bintang film dan penyanyi-- yang ditunjuk sebagai “Duta Badak Jawa” oleh Kementerian Kehutanan. "Tidak ada badak, tidak bagus," bunyi slogan yang kerap dilontarkan perempuan cantik itu.
Sementara di Australia, dikutip dari World Rhio Day, dilibatkan penyanyi beraliran rap, Hugo, untuk menyampaikan pesan konservasi pada anak-anak di Kebun Binatang Werribee Open Range.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR