Sejak awal, polutan timbah itu tampaknya telah menyebar begitu cepat ke seluruh lingkungan. Orang-orang Romawi, sebagai contoh, tanpa sadar telah menghirup udara, minum air, dan makan makanan lokal yang tercemar logam berat itu. Akhirnya partikel-partikel timbal itu bertahap menumpuk di hati, ginjal, hati, dan tulang mereka.
"Dokumentasi polusi timbal sepanjang sejarah manusia ini menunjukkan bahwa, luar biasa, banyak perkiraan dinamika dalam produksi timbal tereplikasi dalam paparan manusia," jelas ahli geologi Yigal Erels dari Hebrew University of Jerusalem di Israel.
Hasil temuan penelitian bersama timnya terbit di ACS Publication, yang berjudul Lead in Archeological Human Bones Reflecting Historical Changes in Lead Production pada 16 Agustus 2021.
"Sederhananya: semakin banyak timbal yang kita hasilkan, semakin banyak orang yang menyerapnya ke dalam tubuh mereka. Ini memiliki efek yang sangat beracun," papar Erels, seperti dilansir Science Alert.
Hampir setiap sistem dalam tubuh manusia dapat keracunan timbal. Bahkan pada tingkat rendah, logam berat itu dapat berbahaya bagi tubuh manusia. Logam berat ini terakumulasi dari waktu ke waktu dan berpotensi menyebabkan masalah neurokognitif, kerusakan organ, dan masalah reproduksi dalam jangka panjang.
Baca Juga: Nestapa Warga Akibat Pencemaran Limbah Aki Bekas di Kabupaten Bogor
Orang-orang Romawi itu sebenarnya mengetahui hal ini. Namun perak, emas, dan bahkan timbal itu sendiri terlalu berguna untuk diabaikan. Mereka membangun pipa ledeng mereka dengan timbal, mengirimkan logam berat itu langsung ke penduduk mereka, meskipun beberapa penambang menjadi gila atau bahkan mati karena terpapar logam tersebut.
Setelah produksi koin dimulai kira-kira 2.500 tahun yang lalu, produksi timbal benar-benar lepas landas di masyarakat Romawi. Analisis yang cermat terhadap es di gletser dan tanah di danau menunjukkan bahwa pada waktu inilah polusi timbal benar-benar mulai menyebar di antara penduduk setempat. Sisa-sisa manusia purba dari Italia sekarang juga mencerminkan garis waktu itu.
Menganalisis tulang dari 132 orang yang terkubur di Italia antara 12.000 Sebelum Masehi dan abad ke-17, para peneliti telah menemukan peningkatan polusi timbal yang sangat mirip dengan produksi timbal di seluruh dunia.
Ketika orang-orang Romawi pertama kali mulai menambang timbal dan meleburnya, sisa-sisanya menunjukkan peningkatan yang jelas dalam rasio timbal terhadap kalsium yang ditemukan di tulang-tulang mereka. Ketika koin mulai diproduksi, kira-kira 2.500 tahun yang lalu, ada peningkatan yang lebih tajam dalam konsentrasi timbal yang ditemukan di dalam sisa-sisa manusia tersebut.
Baca Juga: Teliti Membeli Cat, Waspadai Kandungan Timbalnya Bagi Anak-Anak
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | Science Alert |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR