Pada bulan Mei yang lalu, kita mendengar kabar gembira bahwa sejumlah remaja peneliti dari Indonesia meraih prestasi dalam Asia Pacific Conference of Young Scientists di Palembang, Sumatra Selatan. Mereka merebut delapan medali —tiga medali emas, dua perak, tiga perunggu— dan penghargaan khusus dalam lomba karya ilmiah remaja.
Tidak sedikit pula remaja Indonesia yang sudah terbukti mampu mengukir nama di berbagai penghargaan sains internasional. Karya tulis ilmiah pelajar-pelajar berprestasi tersebut adalah bukti bahwa putra-putri bangsa Indonesia punya kapasitas atau mumpuni.
Di samping segi kecakapan ilmu dan pengetahuan, kunci dapat berprestasi juga ada pada kepedulian. Ini contoh yang ditunjukkan tim SMA Tarsisius 1 Jakarta dalam penghargaan Intel International Science and Engineering Fair (ISEF) 2013 beberapa waktu yang lalu.
Jovita Nathania, Rosinta Handinata, serta Maria Christina Yolenta Lestari, membuat metode belajar baru soal terumbu karang secara menarik dengan memodifikasi permaian kartu uno.
Atas kreativitas mereka, maka Consortium for Ocean Leadership—sebuah lembaga nonprofit di Washington DC yang menaungi 102 institusi riset kelautan di Amerika Serikat—mengganjar dengan penghargaan khusus sebagai salah satu proyek kepedulian kelautan terbaik, hadiah senilai USD1.000.
"Namun, sekitar 31,5 persen dari karang Indonesia telah rusak, terutama disebabkan oleh aktivitas manusia. Sulitnya pemerintah kurang memperhatikan pendidikan kelautan, masih juga sedikit yang memiliki kurikulum dengan topik kelautan dan materi pengajaran pun terbatas bagi anak-anak sekolah," ujar Jovita. Mereka menyadari jadi perlu cara yang kreatif menciptakan kesadaran melestarikan laut di kalangan anak-anak sekolah untuk melengkapi bahan pelajaran sekolah yang ada.
Selain tim dari SMA Tarsisius tersebut, Indonesia di Intel ISEF juga diwakili oleh Hani Devinta Sari dari SMA 63 Jakarta, yang meneliti pemanfaatan ekstra bunga telang sebagai bahan pembuatan indikator penguji zat formalin dalam makanan. Serta Imadudin Siddiq, pelajar SMIT Insantama Bogor yang melakukan penelitian pemanfaatan cangkang telur sebagai materi pembuatan wadah makanan yang anti semut.
Direktur Center of Young Scientists Surya University, Monika Raharti, sebagaimana dikutip Hai Online, Rabu (2/10), mengatakan, "Tak dapat kita pungkiri, masa depan Indonesia juga terletak di tangan para peneliti muda. Dengan kombinasi karakter unggul dan kemampuan riset yang di atas rata-rata, maka para peneliti belia ini akan mampu menjadi pemimpin-pemimpin terbaik Indonesia."
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR