Bagaimana kesibukan pembalap Formula One atau F1? Serangkaian jadwal ketat selalu mengadang. Mulai latihan fisik, mempelajari sirkuit, sesi teknik mengenali karakter mobil serta penerapan teknologi dan paling penting adalah persiapan dan eksekusi di hari balapan.
Bila disinggung kesempatan travelling, Sergio Perez Mendoza dari tim Vodafone McLaren-Mercedes yang bermarkas di Woking, Surrey, Inggris pastilah memiliki kesempatan besar. Bayangkan saja gelaran balap F1 yang dilangsungkan di benua Eropa. Mulai sirkuit Silverstone di Inggris, Monte Carlo di Monako, Spa-Francorchamps di Belgia sampai Monza di Italia. Penulis yang sudah pernah merasakan asyiknya bepergian ke sirkuit Spa-Francorchamps, Monza dan Silverstone pun mengakui, bertandang ke tiga lokasi ini sangatlah menyenangkan. Bisa melakukan side-trip atau wisata sepanjang perjalanan menuju sirkuit. Ini belum terhitung balap F1 yang digelar di Amerika, Australia, Asia dan Timur Tengah. Buat musim 2013, balap F1 digelar di 19 negara.
Tetapi, pembalap F1 kelahiran Guadalajara, Meksiko 26 Januari 1990 mungkin tidak sempat menikmati nuansa wisata dari dan ke sirkuit karena perhatiannya tersita kepada kesibukan menjelang balap. Seperti halnya diakui saat ia berada di Jakarta kemarin (09/10). "Bayangkan, saya di sini hanya sejenak. Sore nanti sudah harus terbang ke Jepang, jadi tidak sempat melihat-lihat suasana sekitar kota," ungkap pria yang kerap disapa Checo Perez.
Ia datang melakukan kampanye bersama produsen minuman Johnnie Walker tentang kesadaran untuk tidak menenggak minuman beralkohol saat mengemudi. "Ini pertama kalinya saya mengikuti kampanye dan ajakan ini dilayangkan kepada generasi muda. Kita memiliki tanggung jawab bersama," lanjut Checo yang abangnya menjadi pembalap NASCAR. "Kontrol diri adalah sebuah hal penting, kita tidak boleh kehilangan konsentrasi saat berada di balik kemudi. Kecelakaan mobil dapat terjadi bila kita lalai."
Kerap melakukan penerbangan ke berbagai penjuru kota di dunia, umumnya berkait dengan balap serta terikat kepada aturan yang ketat bukan berarti pembalap F1 menjadi robot. "Bagaimana pun, kita ini manusia," ujar Checo. "Dan sebagai manusia, pembalap F1 pun punya masalah. Dengan keluarga, dengan pacar, dengan orang tua. Tetapi kondisi-kondisi ini harus dimanajemen sehingga tercipta sebuah keseimbangan. Ini yang penting."
Ia sendiri mengakui, 2012 merupakan saat yang genting, karena inilah kali pertama Checo dipilih menggantikan pembalap F1 Lewis Hamilton di tim Vodafone McLaren-Mercedes. "Sebuah hal yang serius dalam hidup saya," tukas Checo yang berpostur 1,73 meter dan mengidolakan pembalap F1 legendaris Ayrton Senna da Silva yang wafat 1 Mei 1994. "Saya mengagumi Ayrton Senna karena caranya berinteraksi dengan orang lain, rasa kemanusiaannya serta caranya mengatasi berbagai situasi. Ia adalah seorang panutan."
Semoga pesan untuk selalu menjaga kesadaran selagi mengemudi dengan tidak menenggak minuman beralkohol yang disuarakan Checo Perez bersama Johnnie Walker memberikan dampak positif bagi kita semua.
Peneliti BRIN dan Inggris Berkolaborasi Mengatasi Permasalahan Sampah Plastik di Indonesia
Penulis | : | |
Editor | : | Jessi Carina |
KOMENTAR