Diperkirakan 12 orang menjadi buta tiap menit di dunia, dan empat orang di antaranya berasal dari Asia Tenggara, sedangkan di Indonesia diperkirakan setiap menit ada satu orang terancam kebutaan.
Sebagian besar tuna netra di Indonesia berada di daerah miskin dengan kondisi sosial ekonomi yang lemah. Hal ini dipaparkan Prof. Dr. dr. Nila F Moeloek, Ketua Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia, pada acara serial edukasi Grup SOHO Global Health bertemakan Hari Penglihatan Sedunia, di Jakarta, Rabu (9/10).
"Lebih dari 80 persen penyebab kebutaan dapat dicegah atau diobati," tegas Prof. Nila. Artinya, sebagian besar orang yang buta saat ini seharusnya tidak mengalami kondisi tersebut. Kebutaan terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksa rutin kesehatan matanya.
Dalam rangka menyambut Hari Penglihatan Sedunia yang jatuh pada setiap minggu kedua bulan Oktober, Prof. Nila menganjurkan juga supaya masyarakat untuk memeriksakan matanya secara rutin. Ini sejalan pula dengan tema World Sight Day 2013 yaitu Get your Eyes Tested, bertujuan untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan mata yang menyeluruh serta terintegrasi dengan sistem kesehatan.
Pada tahun 2010, World Health Organization memperkirakan terdapat 39 juta orang buta di dunia dan 246 juta orang lainnya mengalami gangguan penglihatan.
Mengacu pada survei kesehatan indera penglihatan dan pendengaran tahun 1993-1996, empat penyebab utama kebutaan di Indonesia adalah katarak, glaukoma, kelainan refraksi (kelainan mata yang membutuhkan koreksi dengan kacamata), serta penyakit-penyakit lain yang berhubungan dengan lanjut usia.
Menurut Prof. Nila, saat ini katarak masih menjadi penyebab utama kebutaan di Indonesia. Ada pun penyakit kebutaan akibat kelainan retina —seperti ablasio retina (terlepasnya perlekatan retina akibat minus tinggi atau benturan), retinopati diabetikum (gangguan pada retina akibat komplikasi penyakit diabetes), dan Age-related Macular Degeneration/AMD (kelainan pada pusat penglihatan yang diakibatkan karena faktor usia)— mengalami peningkatan cukup tinggi.
Kebutaan merupakan kondisi yang sangat merugikan, baik untuk individu tersebut, keluarganya, maupun untuk negara. Orang dengan kebutaan membutuhkan pendampingan yang bersifat terus menerus untuk menjalankan aktivitas sehingga akan menurunkan produktivitas dirinya sekaligus pendamping atau keluarga.
"Oleh karena itu, periksakanlah mata Anda mulai hari ini karena mencegah lebih baik daripada mengobati."
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR