Tingginya angka kebutaan dan kelainan mata di Indonesia menyebabkan masyarakat harus selalu waspada. Berikut ini adalah lima penyakit mata yang tersering ditemui di masyarakat Indonesia yang dipaparkan oleh Johan Hutauruk, dokter spesialis mata dan juga direktur Jakarta Eye Center saat dalam sebuah acara seminar edukasi kesehatan, pekan lalu.
1. Kelainan refraksi
Kelainan refraksi merupakan penyakit mata yang paling sering ditemukan di masyarakat Indonesia. Kelainan refraksi dibagi menjadi empat — presbiopi (menurunnya kemampuan akomodasi lensa), miopi (rabun jauh), hipermetropi (rabun dekat) dan astigmatisme (silindris).
Presbiopi terjadi karena peningkatan usia yang menyebabkan fungsinya menurun sehingga lensa tidak cukup kuat berakomodasi agar sinar jatuh ke makula (bintik kuning). Akibatnya, benda yang dekat menjadi tidak jelas.
Miopi terjadi karena kornea terlalu cembung atau bola mata terlalu panjang sehingga sinar dari benda yang jauh jatuh di depan retina. Akibatnya, benda yang jauh menjadi tidak jelas. Sementara hipermetropi terjadi karena kornea terlalu datar atau bola mata terlalu pendek sehingga sinar yang difokuskan jatuh di belakang retina. Akibatnya, benda yang dekat maupun jauh menjadi tidak jelas.
Astigmatisme terjadi karena bentuk kubah kornea yang tidak simetris, ada yang terlalu cembung pada sumbu tertentu dan terlalu datar pada sumbu tertentu. Akibatnya, gambar menjadi tidak jelas dan penglihatan menjadi buram.
Hingga saat ini, belum ditemukan obat untuk mengatasi kelainan refraksi. Dalam mengatasinya dapat dilakukan dua hal yaitu menggunakan kacamata atau lensa kontak dan bedah refraktif menggunakan teknologi lasik.
2. Konjungtivitis
Konjungtivitis atau mata merah adalah penyakit mata yang disebabkan karena adanya peradangan (iritasi) pada bola mata. Gejala yang timbul berupa mata memerah, gatal, berair.
Beberapa faktor penyebab dari konjungtivitis adalah iritasi karena polusi, alergi dan infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur. Dalam mengatasinya dapat menggunakan salep atau obat tetes atas petunjuk dokter.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR