“Pekerjaan kami menyoroti kemampuan luar biasa dari organoid-organoid otak untuk menghasilkan struktur sensorik primitif yang peka terhadap cahaya dan menyimpan jenis-jenis sel serupa dengan yang ditemukan di dalam tubuh,” ujar Jay Gopalakrishnan, ahli saraf dari University Hospital Düsseldorf di Jerman.
"Organoid-organoid ini dapat membantu mempelajari interaksi otak-mata selama perkembangan embrio, memodelkan kelainan retina bawaan, dan menghasilkan jenis-jenis sel retina khusus pasien untuk pengujian obat yang dipersonalisasi dan terapi transplantasi," tutur Gopalakrishnan, seperti dilansir Science Alert.
Organoid otak bukanlah otak sesungguhnya, seperti yang mungkin Anda pikirkan. Mereka adalah struktur tiga dimensi kecil yang tumbuh dari sel-sel punca pluripoten yang diinduksi. Sel-sel ini diambil dari manusia dewasa dan kemudian direkayasa ulang menjadi sel-sel punca, yang memiliki potensi untuk tumbuh menjadi berbagai jenis jaringan.
Baca Juga: Terawetkan Sempurna, Fosil Otak Berusia 310 Juta Tahun Ditemukan di AS
Dalam eksperimen ini, sel-sel punca tersebut diusahakan untuk tumbuh menjadi gumpalan jaringan otak. "Otak mini" semacam ini digunakan untuk tujuan penelitian karena menggunakan otak hidup yang sebenarnya tidak mungkin dilakukan, atau paling tidak, secara etis akan rumit. Upaya penciptaan otak mini ini dilakukan dan digunakan untuk menguji respons obat, misalnya, atau mengamati perkembangan sel-sel di bawah kondisi buruk tertentu.
Untuk eskperimen kali ini, Gopalakrishnan dan rekan-rekannya berusaha mengamati perkembangan mata.
"Perkembangan mata adalah proses yang kompleks, dan memahaminya dapat memungkinkan mendasari dasar molekuler penyakit retina awal," tulis para peneliti dalam makalah laporan mereka.
"Jadi, sangat penting untuk mempelajari vesikel optik yang merupakan primordium mata yang ujung proksimalnya melekat pada otak depan, penting untuk pembentukan mata yang tepat," kata mereka dalam laporab yang telah terbit di jurnal Cell Stem Cell tersebut.
Baca Juga: Elon Musk Sebut Cip Otak Buatannya Bisa Mengakhiri Bahasa Manusia
Source | : | Science Alert |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR