Sedangkan dosen Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang Esy Maestro, bersama tim penelitiannya mempublikasikan pemaknaannya terhadap lagu itu di repositori universitas. Judul publikasi itu adalah Kearifan Lokal dalam Lagu Ayam Den Lapeh Garapan Orkes Gumarang.
Para peneliti menilai, lagu ini menyiratkan bagi pendengarnya untuk tetap tegar, konsisten, dan kuat menjalani segala macam pengharapan meski belum tercapai. Hal itu bisa dilihat dari aspek kebahasaan dan aspek musiknya yang paradoks dan gaya yang dimainkan Orkes Gumarang.
Baca Juga: Sepotong Rendang, Sekerat Cerita Abadi di Kedai Makan Padang
"Hal ini yang membuat lagu ini menarik, trend, populer pada masanya," tulis mereka.
"Masyarakat yang menikmati lagu Ayam den Lapeh tidak lagi melihat kandungan pesan atau isi dari lagu tersebut, baik yang mengerti bahasa Minang maupun tidak. Lagu Ayam den Lapeh lebih identik dengan lagu yang bahagia karena menggunakan irama cha-cha-cha yang biasa digunakan untuk menari cha-cha."
Baca Juga: Bagaimana si Lezat Asal Minangkabau Bisa Menyebar Hingga ke Malaysia?
Esy Maestro dan tim menambahkan bahwa lagu ini memiliki gambaran sosial budaya orang Minangkabau. Lewat liriknya yang memuat beberapa nama daerah di Sumatera Barat seperti Batusangkar dan Pagaruyung, menggambarkan kebiasaan orang Minangkabau yang gemar merantau.
Dengan merantau, lagu itu menggambarkan betapa susahnya mendapatkan ayam (harta) jika tidak fokus terhadap rencana awal ketika hendak merantau.
Lagu Ayam Den Lapeh masih terus diputar hingga kini, dan telah dibawakan kembali oleh berbagai penyanyi seperti Ria Amelia dan Elly Kasim. Melansir dari Kompas.com, Elly Kasim yang merupakan penyanyi legendaris pop Minang itu meninggal dunia di RS MMC Kuningan, Jakarta, Rabu 25 Agustus 2021.
Baca Juga: Rumah-rumah Gadang nan Meradang
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR